UJIAN AKHIR SEMESTER
STUDI KASUS
“ANAK PEMALU DAN KURANG
PERCAYA DIRI”
Diajukan untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah
Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
DOSEN
PENGAMPU;
PROF. Dr. MARTINI JAMARIS, M.Sc.Ed
OLEH ;
BUDIANSYAH., S.Pd.I., S.Pd
(NO.REG.
7526120705)
DIKDAS. B
PROGRAM STUDI
S.2 PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
. . .
Segala
puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam yang dengan hidayah, taufik dan
pertolongan-Nya saya mampu menyelesaikan laporan ini. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda kita Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, serta kita selaku umatnya.
Ucapan
terimkasih saya sampaikan kepada PROF. Dr. Martini Jamaris,
M.Sc.Ed, selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar atas segala bimbingannya. Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikiran demi penyelesaian makalah ini.
Beberapa kendala yang meliputi sarana dan perasarana
tidak luput dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kelemahan dan
kekurangan pasti akan ditemukan. Untuk itu, saya berharap agar pembaca
senantiasa mengoreksi dan menganalisis demi terciptanya makalah yang
berkualitas.
Jakarta,
November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
|
i
|
|
DAFTAR ISI
...........................................................................................................
|
ii
|
|
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
|
1
|
|
A.
Latar
Belakang
..........................................................................................
|
1
|
|
B.
Rumusan
Masalah .....................................................................................
|
1
|
|
C.
Tujuan
Penulisan
.......................................................................................
|
2
|
|
D.
Metode
Penulisan ......................................................................................
|
2
|
|
E.
Sistematika
Penulisan
................................................................................
|
3
|
|
BAB II KAJIAN TEORI
...........................................................................................
|
4
|
|
A.
Anak pemalu
dan kurang percaya diri
.......................................................
|
4
|
|
B.
Akibat
kurang percaya diri
.........................................................................
|
4
|
|
C.
Ciri-ciri
kurangnya rasa percaya diri ..........................................................
|
6
|
|
D.
Solusi
.........................................................................................................
|
7
|
|
E.
Tips untuk
masalah kurangnya rasa percaya diri ......................................
|
8
|
|
BAB III METODELOGI
..........................................................................................
|
13
|
|
A.
Metode
penelitian
.......................................................................................
|
13
|
|
B.
Pengertian studi
kasus ..............................................................................
|
13
|
|
C.
Jenis-jenis
studi kasus ...............................................................................
|
14
|
|
D.
Langkah –
langkah penelitian studi kasus ..................................................
|
15
|
|
E.
Desain dan
tahapan intervensi penelitian prosedur penelitian ...................
|
17
|
|
F.
Subjek
Penelitian
........................................................................................
|
20
|
|
G.
Keadaan
Sosial Ekonomi ............................................................................
|
20
|
|
H.
Teknik
Pengumpulan Data
.........................................................................
|
20
|
|
I.
Analisis
Data ...............................................................................................
|
21
|
|
BAB IV HASIL
........................................................................................................
|
22
|
|
A.
Penyebab
Anak jadi Pemalu .......................................................................
|
22
|
|
B.
Identifikasi
Anak atau Siswa
.......................................................................
|
23
|
|
C.
Deskripsi
Kasus ..........................................................................................
|
25
|
|
D.
Analisis
Asessmen, Tindakan Perseklus
....................................................
|
26
|
|
E.
Hasil
Penelitian Siklus I
..............................................................................
|
26
|
|
F.
Hasil
Penelitian Siklus II
.............................................................................
|
30
|
|
G.
Pembahasan
Hasil Penelitian
.....................................................................
|
33
|
|
H.
Instrumen
Soal ............................................................................................
|
34
|
|
I.
Analisis
Hasil
..............................................................................................
|
34
|
|
J.
Solusi
Mengatasi Anak Pemalu ..................................................................
|
36
|
|
K.
Refleksi dan
Solusinya
...............................................................................
|
39
|
|
BAB V PENUTUP
.......................................................................................
|
40
|
|
A.
Kesimpulan
.................................................................................................
|
40
|
|
B.
Saran
..........................................................................................................
|
40
|
|
|
||
|
||
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jika mengamati siswa atau anak di sekolah atau di lingkungan tempat
tinggal, maka di sana kita akan menemukan berbagai karakter / watak yang
berbeda satu dengan yang lain. Ada yang periang, cerdas, pandai bergaul. Ada juga yang pemalas, suka berkelahi, sering
berbohong, pemalu, kurang percaya diri
dan sebagainya. Kesemuanya itu akibat lingkungan yang memepengaruhinya.
Di antara sekian banyak karakter / sifat siswa atau anak tersebut disini
akan dibahas mengenai siswa yang memiliki sifat pemalu dan kurang percaya diri.
Sebenarnya sifat pemalu dan kurang percaya diri merupakan hambatan bagi diri
siswa atau anak itu sendiri. Siswa atau anak pemalu biasanya menutup diri,
kurang pandai bergaul dengan teman sebayanya, tidak bisa mengekspresikan dirinya,
adanya perasaan tertekan, dan sebagainya. Hal ini tentu saja berpengaruh
terhadap prestasi belajarnya. Jika ia pandai maka ia tidak bisa menunjukkan
kepandaiannya karena tertekan oleh sifat malu itu sendiri.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas salah satu permasalahan siswa
atau anak yang ada di Sekolah Dasar yaitu sikap pemalu dan kurang percaya diri serta
berusaha mencari alternatif penyebab masalah, alternatif pemecahan masalah dan
berusaha untuk mengadakan tindak lanjut demi perkembangan belajar dan
kedewasaan anak. Berikut analisis
dan solusi yang dapat diberikan kepada guru sebagai wali kelas sekaligus
pembimbing maupun orang tua yang
bermasalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan
latar belakang masalah di atas maka penyusun membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana kasus mengenai anak pemalu dan
kurang percaya diri ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan pemalu dan kurang percaya diri ?
3.
Apa penyebab
anak pemalu dan kurang percaya diri ?
4.
Bagaimana
solusi yang dapat diberikan kepada anak pemalu dan kurang percaya diri ?
C. Tujuan
Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalh diatas, maka
penyusun merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Mengetahui kasus anak pemalu dan kurang
percaya diri.
2. Mengetahuai apa yang dimaksud pemalu dan kurang
percaya diri.
3. Mengetahui penyebab pemalu dan kurang percaya
diri.
4. Mengetahui solusi yang diberikan kepada anak
pemalu dan kurang percaya diri.
D.
Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data yang lengkap
dalam upaya membantu siswa kasus memecahkan masalahnya, penyusun mengumpulkan
data dengan berbagai cara. Hal ini dimaksudkan agar data yang masuk dapat
dipertanggungjawabkan keobyektifannya. Cara-cara yang dimaksud adalah dengan
cara menggunakan berbagai metode. Adapun metode yang digunakan dalam hal ini
adalah:
1. Observasi
Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan,
sikap, dan tingkah laku siswa.
2. Wawancara
Teknik
pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung kepada siswa yang
bersangkutan (bermasalah) siswa atau anak dan orang tua siswa.
3. Angket
Angket
digunakan untuk mengetahui identitas siswa kasus secara lengkap dan jenis masalah
yang dihadapi. Penyusun memberikan angket atau daftar isian tentang data siswa.
E.
Sistematikan
Penulisan
Bab I berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan,
Bab II
berisi kajian pustaka yang berisi teori-teori yang relevan dengan permaslahan,
Bab III
berisi metodaogi penelitian,
Bab IV
berisi hasil penelitian,
Bab V berisi
penutup meliputi kesimpilan dan saran.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Perilaku Pemalu dan Kurang Percaya Diri
Perilkau
pemalu dan kurang percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas
kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan
ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat
menerimanya.
Menurut
Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya
diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.
Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada
kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
B. Akibat Kurang Percaya Diri
Ketika ini
dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan
diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap
sebagai berikut :
a. Tidak
memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.
b. Tidak
memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f. Canggung dalam menghadapi orang
g. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara
dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h. Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i. Terlalu
perfeksionis
j. Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan
diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya
keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap
kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang
yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang
yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Penyebab Kurangnya
Rasa Percaya Diri
Kurangnya percaya diri disebabkan oleh faktor-faktor
yang bergantung pada latar belakang dan status seseorang, lingkungan, usia,
hubungannya dengan dunia luar, dan lain-lain. Untuk bisa sukses mengatasi masalah
ini, pertama-tama seseorang harus lebih dulu menentukan penyebab dari
berkurangnya rasa percaya diri. Dan cara terbaik untuk menghadapi masalah
apapun adalah dengan melihat kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dimasa
lalu.
- Terabaikan. Anak-anak yang tumbuh tanpa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup akan merasa terabaikan dan bersikap acuh tak acuh saat mereka dewasa. Mereka akan merasa kesulitan untuk mempercayai dan bergaul orang lain.
- Kritik yang berlebihan. Saat seorang anak terus menerus diingatkan bahwa dia nakal, itu akan membuatnya menjadi depresi dan hilang percaya diri. Kejadian-kejadian seperti ini akan menyebabkan dirinya merasa tidak berharga, membuatnya menjadi pesimis, dan enggan untuk melakukan sesuatu yang positif.
- Pengaruh dari orang tua dan keluarga. Orang tua cenderung utuk mempengaruhi anaknya dengan merefleksikan mimpi-mimpi mereka yang tidak terpenuhi. Mereka membuat kesalahan dalam memilih karir sehingga ketidak bahagiaan tersebut mempengaruhi anak-anaknya.
- Pencapaian. Orang bekerja untuk mencapai sukses dalam hidupnya dan saat mereka gagal setelah bekerja keras, mereka memperlakukan kegagalan tersebut sebagai kenyataan pahit yang menyebabkan hilangnya rasa percaya diri.
- Penampilan fisik. Penampilan fisik dari seseorang itu sangat penting karena itu yang paling mempengaruhi. Orang yang berpenampilan buruk akan merasa rendah diri saat membandingkan dirinya dengan orang yang berpenampilan lebih baik. Ini akan menciptakan perasaan malu, yang menyebabkan mereka mengisolasi diri dari kehidupan sosial.
- Pengalaman negatif. Kurangnya rasa percaya diri terkadang disebabkan oleh pengalaman yang negatif. Anak-anak cenderung untuk meniru hal-hal negatif disekitarnya. Orang dewasa juga terkadang suka ikut-ikutan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang membahayakan rasa percaya dirinya.
- Kekerasan terhadap anak-anak. Orang yang kurang percaya diri biasanya pernah mengalami kekerasan yang menyebabkan kerusakan fisk maupun mentalnya sewaktu masih berusia kanak-kanak. Kekerasan fisik ini termasuk kejahatan seksual terhadap anak-anak, yang biasanya bisa disembuhkan, akan tetapi, kekerasan terhadap mental akan membekas sangat dalam dan sangat sulit untuk disembuhkan. Pelaku kekerasan terhadap anak-anak ini biasanya adalah keluarga teman, kerabat, tetangga, orang asing dan wali atau orang tua tiri.
- Pengangguran.
Seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan
akan merasa putus asa dan tidak beguna. Kegagalan untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya akan membuat seseorang menjadi kurang percaya diri.
C. Ciri-ciri
Kurangnya Rasa Percaya Diri
Orang yang kurang percaya diri punya ciri-ciri dasar
berikut ini, yang terkadang sulit untuk di identifikasi:
- Kurang bisa untuk bersosialisasi dan tidak yakin pada diri sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya.
- Seringkali tampak murung dan depresi.
- Punya masalah dalam kebiasaan makan misalnya anorexia yang mengarah pada obesitas, yang membahayakan bagi tubuhnya.
- Mereka suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi yang dimilikinya.
- Takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif.
- Takut untuk mengambil tanggung jawab.
- Takut untuk membentuk opininya sendiri.
- Hidup dalam keadaan pesimis.
D.
Solusi
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
orangtua untuk membantu anak mengatasi rasa malu, yaitu :
1. Orang tua sebaiknya tidak
mengolok-ngolok sifat pemalu anak ataupun
memperbincangkan sifat pemalunya di depan sang anak. Contohnya, dengan
mengatakan; “kamu sih,pemalu”, “iya loh bu Joko, anak saya pemalu sekali”.
Dengan mengatakan hal-hal ini anak dapat merasa tidak diterima apa adanya
memperbincangkan sifat pemalunya di depan sang anak. Contohnya, dengan
mengatakan; “kamu sih,pemalu”, “iya loh bu Joko, anak saya pemalu sekali”.
Dengan mengatakan hal-hal ini anak dapat merasa tidak diterima apa adanya
2. Mengetahui kesukaan dan potensi anak,
lalu mendorongnya untuk berani
melakukan hal-hal tertentu lewat media hobi, dan potensi diri. Misalnya, anak
suka main mobil-mobilan
melakukan hal-hal tertentu lewat media hobi, dan potensi diri. Misalnya, anak
suka main mobil-mobilan
3. Sebaiknya orangtua secara rutin mengajak anak
berkunjung ke rumah teman,
tetangga, atau kerabat dan bermain disana. Kunjungan sebaiknya dilakukan pada teman-teman yang berbeda.
tetangga, atau kerabat dan bermain disana. Kunjungan sebaiknya dilakukan pada teman-teman yang berbeda.
4. Lakukan role playing bersama anak.
Misalnya bermain bersama orangtua bermain bersama diwaktu libur atau di waktu
free.
Psikiater anak swallow pada 2000 membuat daftar
hal-hal yang biasanya dilakukan ataupun dirasakan anak pemalu :
- Menghindari kontak mata.
- Tidak mau melakukan apa-apa.
- Tidak mau mengikuti kegiatan di kelas.
- Tidak mau meminta pertolongan atau bertanya kepada orang yang tidak dikenal.
- Mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat,keringat
dindin,
dan bibir terasa dingin) disaat-saat tertentu. - Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja, seperti “ya”, “tidak”, “tidaktahu”.
- Mengalami psikosomotis.
- Merasa tidak ada yang menyukai.
E. Tips untuk
Memerangi Masalah Kurangnya Rasa Percaya Diri
- Selalu hindari situasi yang negatif.
- Cobalah untuk berkumpul hanya dengan orang-orang yang positif.
- Gunakan journal untuk mencatat hal-hal positif yang terjadi disekitar.
- Berpikirlah dengan lebih positif.
- Jangan enggan untuk meminta tolong saat berada dalam kesulitan.
- Carilah bantuan dari tenaga profesional untuk menghadapi masalah yang serius.
Hal yang menyenangkan tentang hidup adalah bahwa dia
memberikan kita kemampuan untuk menghadapi kurangnya rasa percaya diri. Mari,
jangan biarkan rasa kurang percaya diri menghambat kita untuk mendapakan kehidupan
yang membahagiakan.
Anak-anak terkadang punya kesulitan untuk membangun
dan mempertahankan tingkat rasa percaya dirinya, terutama saat mereka hampir
menginjak usia remaja. Tekanan dari teman, tantangan untuk berkembang,
pekerjaan tumah, dan kebutuhan untuk mempelajari skill-skill baru, bisa
mempengaruhi tingkat rasa percaya dirinya.
Jika anda merasa bahwa rasa percaya
diri anak anda perlu ditingkatkan, berikut ini beberapa tips yang bisa membantu:
· Tunjukkan
Hal-hal Positif
Seringkali, orang tua sangat cepat untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Sedangkan saat anak-anak
melakukan sesuatu yang baik, orang tua jarang memperhatikan atau menghargainya.
Jadi, cobalah untuk memperlihatkan dan memperhatikan
hal-hal yang dilakukan oleh anak anda dengan baik, meski itu cuma hal-hal
kecil. Tentu, anda juga harus selalu memastikan untuk bersikap jujur saat
berkomentar, sebab anak-anak bisa mendeteksi pujian yang tidak jujur.
·
Rayakan Prestasinya
Mensupport dan merayakan keberhasilan anak anda adalah
cara lain untuk membantu meningkatkan rasa percaya dirinya. Sebagai contoh,
jika anak anda suka berolah raga, cobalah untuk menemaninya sesering mungkin.
Photo mereka saat sedang bermain, yang nantinya bisa anda bingkai.
Ini juga adalah cara yang bagus untuk menunjukkan pada
anak anda bahwa anda memperhatikan dan mensupport prestasi mereka. Meski jika
nantinya anak anda memutuskan bahwa olah raga tertentu tidak cocok untuknya,
tapi mereka tetap akan mendapatkan keuntungan dari pengalaman tersebut karena
sudah pernah mencobanya.
·
Ajarkan Mereka Tentang Kenikmatan dari Membantu Orang
Lain
Membantu orang yang sedang membutuhkan adalah salah
satu cara terbaik untuk membuatnya merasa senang terhadap diri sendiri. Dorong
anak anda untuk terlibat suatu kegiatan amal, membantu anak lain, atau
orang-orang disekitar. Cara ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya
sekaligus memberikan mereka pengalaman yang berharga. Jika memungkinkan, photo
mereka saat sedang melakukan aktivitas tersebut. Dengan menempelkan photo
tersebut di album, itu akan menunjukkan bahwa anda memberikan dukungan terhadap
usaha dan aktivitas mereka. Memberikan peluang pada anak anda untuk membantu di
rumah juga adalah salah satu cara terbaik untuk membangun rasa percaya dirinya.
Dengan melakukannya, maka anak anda bisa belajar skill-skill yang berguna,
sambil mengembangkan keyakinannya terhadap kemampuan dan skill yang
dimilikinya.
· Dorong Anak Anda untuk Mencoba Hal-hal Baru
Meski terkadang untuk mencoba
hal-hal baru itu bisa membuat mereka stress, tapi itu bisa menjadi cara yang
bagus untuk membuat mereka bisa belajar mengenai berapa banyak yang akan mereka
capai saat mereka mau mencoba sesuatu yang baru. Mencoba olah raga yang baru,
bergabung dalam sebuah kelompok, atau terlibat dalam suatu hobby atau
aktivitas, bisa menjadi cara yang bagus untuk menumbuhkan keyakinan dan rasa
percaya dirinya. Anak anda mungkin akan menemukan hasratnya yang lain, atau
bahkan mempelajari skill-skill yang bisa mengarahkannya pada suatu karir di
masa depan. Mencoba hal-hal baru juga bisa memberikan mereka pengalaman,
mendorong mereka untuk mengembangkan kecerdasannya. Setiap kali memungkinkan,
anda harus mengambil photo anak anda saat sedang melakukan aktivitas ini. Tempelkan
photo-photo ini disekitar rumah, sebagai tanda bahwa anda mensupport aktivitas
mereka. Bahkan nantinya, anak anda mungkin ingin menempelkan photo tersebut
dikamar mereka sendiri.
·
Affirmasi harian bisa berbentuk pernyataan-pernyataan,
kata kunci, atau mantra dan simbol-simbol yang mempunyai makna khusus bagi mu.
Affirmasi harian ini akan memicu pikiran-pikiran positif dan membantu mu untuk membangun
rasa percaya diri. Ada berbagai jenis affirmasi yang berhubungan dengan
berbagai aspek dari kehidupan, misalnya kesuksesan, kesehatan, hubungan, rasa
percaya diri, dan lain-lain. Kamu bisa membuat affrimasi harian mu sendiri
menggunakan pernyataan-pernyataan positif yang kamu susun sendiri. Tapi ada dua hal yang harus diingat saat
membuat sendiri affirmasi mu. Pertama, selalu tuliskan affirmasi dalam kalimat
positif, misalnya, "Aku merasa bahagia" dan bukan "Aku tidak
sedih." Kedua, tuliskan affirmasi dalam bentuk kalimat waktu sekarang
(present tense), misalnya, "Aku merasa bahagia" dan bukan "Aku
akan menjadi bahagia." Affirmasi
yang ditulis dengan bijaksana, bisa memberikan efek secara instant terhadap
peningkatan dan pengembangan diri mu. Berikut ini beberapa contoh affirmasi
harian yang bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan memberikan
perubahan yang positif dalam hidup:
- Aku punya kemampuan untuk mengubah diri ku.
- Aku bahagia karena punya kesempatan untuk melakukan apa yang aku sukai.
- Aku memanfaatkan kemampuan terbaik ku untuk meningkatkan hidup ku.
- Aku menyukai apa yang aku lakukan dan mengerjakannya dengan sepenuh hati.
- Aku merasa yakin dan terorganisir.
- Aku membuka pikiran dan memanfaatkan kritik untuk mengembangkan diri ku.
- Aku merasa bahagia dalam setiap situasi, meski disaat-saat yang membuat stress.
- Aku berhak untuk sukses.
- Aku berhak untuk bahagia.
- Aku berhak untuk dicintai.
- Aku belajar dari kesalahan ku.
- Aku senang menerima tantangan dan resiko dalam hidup.
- Aku punya pengetahuan dan skill untuk membuat pekerjaan ku jadi lebih baik.
- Aku punya kekuatan untuk mengambil keputusan dan aku akan mengambil keputusan yang benar.
- Aku mampu untuk berpikir sendiri dan punya pilihan sendiri dalam semua aspek kehidupan ku.
- Aku percaya pada kebaikan dalam hidup.
- Aku bisa mema'afkan diri ku dan orang lain.
- Aku bisa memahami orang lain dan motif mereka.
- Aku merasa bangga dengan diri ku dan orang-orang yang aku cintai.
Affirmasi harian diatas akan membantu mu meningkatkan
rasa percaya diri dan membuat mu merasa lebih bahagia. Tuliskan affirmasi ini
pada selembar kertas dan baca setiap hari.
Ulangi affirmasi ini secara teratur dengan jarak waktu
tertentu setiap hari. Kamu juga bisa menempelkan affirmasi ini ditempat yang
bisa terlihat dengan mudah, misalnya di lemari pakaian, meja belajar, atau di
dinding kamar. Itu akan membuat mu merasa selalu dikelilingi oleh
pemikiran-pemikiran positif.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri, setiap kali kamu
merasa rendah diri atau berpikir negatif, baca affirmasi tersebut dan
buang jauh-jauh rasa pesimis.
Affirmasi harian untuk menumbuhkan rasa percaya diri
ini akan memprogram ulang alam bawah sadar mu, yaitu dengan cara membuang semua
ide-ide negatif, membuat mu jadi bisa berpikir positif secara natural.
Menurut Law of Attraction, affirmasi akan menciptakan
getaran yang positif disekitar mu dan menarik hal-hal yang kamu inginkan dalam
hidup. Yang perlu kamu lakukan adalah percaya pada apa yang kamu inginkan dan
mengulanginya dengan yakin, perhatian, tertarik, dan sepenuh hati.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A Metode
Penelitian.
Untuk
mendapatkan data yang lengkap dalam upaya membantu siswa kasus memecahkan
masalahnya, penyusun mengumpulkan data dengan berbagai cara. Hal ini
dimaksudkan agar data yang masuk dapat dipertanggungjawabkan keobyektifannya.
Cara-cara yang dimaksud adalah dengan cara menggunakan berbagai metode. Adapun
metode yang digunakan dalam hal ini adalah:
1. Observasi
Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan,
sikap, dan tingkah laku siswa.
2. Wawancara
Teknik
pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung kepada siswa yang
bersangkutan (bermasalah) siswa atau anak dan orang tua siswa.
3. Angket
Angket
digunakan untuk mengetahui identitas siswa kasus secara lengkap dan jenis
masalah yang dihadapi. Penyusun memberikan angket atau daftar isian tentang
data siswa.
B. Pengertian Studi Kasus
Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap
satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau
satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat
teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985)
menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit
atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua
variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa
batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia,
peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara
mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing
dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara
variabel-variabelnya.
C. Jenis-jenis Studi Kasus
a. Studi
kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan
dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya.
Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya
kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi
kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta
atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu
organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya
antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok
siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi
kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan
dan topik tertentu lainnya.
d. Studi
kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi
kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran
siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua
pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya,
kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit
organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau
suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang
belajar menggambar.
D. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan
kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive)
dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan
objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus
haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber
yang tersedia;
b.
Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih
dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
c. Analisis
data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi,
dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi
merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori
atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dan lapangan;
d. Perbaikan
(refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru
terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru,
data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
e. Penulisan
laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang
atau kelompik.
E. Desain
dan Tahapan Intervensi Penelitian
Prosedur
Penelitian
Refleksi
II
|
Belum
|
Analisis
Data
|
Alternatif
Pemecahan
(rencana tindakan)
|
Observasi
II
|
Pelaksanaan
Tindakan II
|
S
I
K
L
U
S
II
|
S
I
K
L
U
S
U
S
I
|
Belum
Terselesaikan
|
Permasalahan
|
Refleksi
I
|
Analisis
Data
|
Alternatif
Pemecahan
|
Observasi
I
|
Pelaksanaan Tindakan I
|
Siklus
Selanjutnya
Gambar
. Alur Dalam Penelitian Tindakan
Secara garis besar
prosedur penelitian tindakan mencakup empat taraf : perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting)
yang dapat digambarkan sebagai berikut (Ahmad HP, 199
Desain penelitian yang
digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada metode Kemmis dan Mc Taggart
(Soedarsono, 1997:16). Metode ini terdiri dari empat komponen yaitu:
1. Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan : Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi : Mengamati atas hasil atau dampak
dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan
hasil refleksi peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan
terhadap rencana awal.
Bedasarkan penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan satu sama lain. Langkah
pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana dapat dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan setiap tindakannya agar mencapai hasil yang maksimal. Langkah
kedua adalah melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah dibuat
sebelumnya. Langkah selanjutnya yaitu kegiatan observasi dapat dilakukan
bersamaan dengan berlangsungnya pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan
oleh observer yang akan mengamati berlangsungnya proses pembelajaran. Selama
berlangsungnya tindakan, dilakukan observasi. Kegiatan observasi ini dilakukan
oleh seorang observer dengan menggunakan panduan berupa lembar observasi.
Selain adanya kegiatan observasi, peneliti menuliskan temuan-temuan selama
proses pembelajaran berlangsung dalam catatan lapangan. Setiap selesai
melaksanakan satu kali tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa.
Hasil wawancara, observasi, catatan lapangan, hasil diskusi dengan observer
dijadikan sebagai bahan analisis dan refleksi dari setiap tindakan yang telah
dilaksanakan.
Kegiatan akhir dari
rangkaian kegiatan penelitian
tindakan adalah tahap refleksi. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi ini
memberikan kemudahan untuk melakukan perubahan pada tindakan berikutnya. Keempat langkah
tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
a.
Tahap Observasi ( Pengamatan)
Observasi pada dasarnya dilaksanakan untuk
mengamati pelaksanaan tindakan. Kasbolah
(1999:91) mengemukakan pengertian observasi yaitu : semua kegiatan yang
ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari
proses dan hasil yang dicapai. Fungsi dari observasi yaitu untuk mengetahui
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana dan mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan mencapai tujuan.
Pengamatan dilaksanakan secara langsung
pada saat proses pembelajaran di kelas dengan cara melihat, mengamati dan
mencatat perilaku siswa maupun guru dengan bantuan observer.
b. Tahap
Refleksi
Menurut Kasbolah ( 1999:74)
menjelaskan bahwa refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interprestasi
dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan setiap akhir tindakan dengan melakukan diskusi dengan
observer. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis dari hasil observasi berupa
catatan lapangan, wawancara dan hasil evaluasi, sedangkan hasil refleksi
merupakan bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
F.
Subjek
Penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SDN Rawamangun Kecamatan Pulau Gadung Jakarta Timur 13220.
Siswa yang menjadi subjek penelitian terdiri dari siswa
kelas 5 Siswa SDN
Rawamangun Kecamatan Pulau
Gadung Jakarta Timur 13220 tahun
ajaran 2012–20113 dengan jumlah
siswa 1 orang
perempuan.
Adapun beberapa karakteristik tempat penelitian adalah
sebagai berikut :
g. Keadaan Sosial Ekonomi
Latar belakang ekonomi orang tua siswa menengah kebawah,
bekerja sebagai penjahit,
dan pedagang,Tempat tinggal siswa berada di lingkungan pasar kaget jln Haji Ten
Rawamangun Kecamatan Pulau
Gadung Jakarta Timur 13220.
h. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Observasi
Observasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati atau mengobservasi
secara langsung. Observasi ini difokuskan pada aktivitas siswa.
2. Lembar Kerja
Siswa
Lembar kerja
siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui sikap
pemalu dan kurang percaya diri diberikan pada setiap tindakan.
3.Lembar
wawancara
Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara antara peneliti siswa,
peneliti dan observer, yang dilaksanakan setelah berakhirnya pelaksanaan
tindakan pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala yang
dihadapi siswa.
3. Catatan
Lapangan
Menurut Bog
dan Biklen (Moleong,2001:153) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang
apa yang didengar, dilihat, dan dialami dalam upaya mengum-
Pulkan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan
digunakan pada setiap tindakan dan hasilnya merupakan bahan diskusi antara
peneliti dengan observer sebagai dasar untuk merefleksi tindakan.
4. Lembar
Evaluasi
Lembar
evaluasi berisi soal-soal pada setiap akhir tindakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dibelajarkan. Evaluasi
dilaksanakan secara individual.
5. Dokumen Foto
Dokumen ini
berupa foto-foto aktivitas siswa
atau anak pada waktu melaksanakan, wawancara peneliti dengan
siswa dan diskusi peneliti dengan observer.
G. Analisis Data
Pengolahan
data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data secara
kualitatif. Analisis data yang kualitatif digunakan untuk mengetahui perilaku sesuai
dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu terhadap kasus anak pemalu dan kurang percaya
diri..
Data yang terkumpul dianalisis, untuk melihat kelemahan-kelemahan dari
tindakan yang telah dilaksanakan. Data
yang diperoleh diambil dari LKS, wawancara, panduan observasi atau pengamatan,
hasil evaluasi individu, foto dan catatan lapangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Penyebab
Anak jadi Pemalu
Menjadi seorang pemalu atau kurang percaya diri bukanlah sesuatu hal yang buruk, karena
memang setiap orang pasti memiliki rasa pemalu itu. Tetapi itu akan
menjadi lebih parah apabila menjadi seseorang yang pemalu takut, sehingga
merasa rendah diri dan merasa tidak berguna ketika berhadapan dengan orang
lain.
·
Unsur Keturunan
Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir
anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena
pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun
fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak
anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu. Banyak bukti
disekeliling kita, apabila anda sendiri sebagai orang tua merupakan orang yang
pemalu mungkin anak anda pun akan mengikuti anda menjadi pemalu juga, seperti
istilah like a father like a son.
·
Masa Kanak-kanak Kurang Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa
kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai,
orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan
sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial
mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul
dengan orang yang tidak dikenal. Hal ini mungkin akan menimbulkan trauma
sampai dengan anak tersebut dewasa dan menjadi seorang yang pemalu seterusnya.
·
Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia
diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami
hubungan sosial yang normal dengan masyarakat. Hubungan sosial dengan
masyarakat sangat penting karena akan membentuk karakter anak tersebut.
Apabila membiasakan mengasingkan diri, bukan tidak mungkin nanti anak kita
takut apabila bertemu dengan orang lain.
·
Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku
atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara
menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa
percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia
tidak suka memperlihatkan diri di keramaian. Ini lah yang dikhawatirkan, karena
perasaan rendah diri yaitu perasaan yang membuat pola pikir bahwa diri kita
tidak memiliki daya guna dan hina dari pada orang lain.
·
Pandangan Orang Lain
Banyak anak
yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam
dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu,
bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia
benar-benar menjadi seorang pemalu. Ini adalah permainan membentuk pola
pikir juga, tetapi terbentuk akibat pandangan orang lain. Apabila banyak
guru, teman-teman anak anda berkata bahwa anak anda merupakan pemalu, maka anda
segera bertindak jangan sampai pandangan itu masuk terlalu jauh ke dalam diri
anak anda dan mengakibatkan anak anda benar-benar seorang pemalu, padahal anak
anda bukan pemalu. Anda harus dengan cepat mengarahkan anak anda pada
kegiatan yang banyak berhubungan dengan orang lain, seperti tampil di pentas 17
Agustus, pekan seni ataupun dorong anak anda mengikuti lomba-lomba.
B.
Data Identifikasi Anak atau Siswa
Untuk
memperoleh data deskriptif
untuk
mempermudah menggali informasi tentang
anak / siswa sekolah dasar studi kasus tentang anak pemalu dan kurang percaya
diri
·
Data Berdasarkan Angket
Identifikasi Kasus
- Nama : Astuti Aryanti
- Tempat dan tanggal lahir : Rawamangun 11 Oktober 2001
- Jenis Kelamin : Prempuan
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Jawa
- Alamat : Jl. Haji ten No.24 rt 09 rw 1
- Jumlah saudara kandung : 2 ( Dua)
- Jumlah saudara
laki-laki : 1 (satu)
- jumlah saudara
perempuan
: 1 (satu)
- Anak ke- : 1 (satu)
- Hobby : Membaca
- Status : Anak kandung
Identifikasi Orang tua (Ayah)
1. Nama
Ayah
: Tarsim
2. Pendidikan
terakhir : SD
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan :
Wiraswasta
5. Alamat
:Jl.Haji Ten No.24 RT 09 RW 01 Kel. Rawamangun
Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220
Identitas Orang Tua (Ibu)
1. Nama
Ibu
: Ika Kartika
2. Pendidikan terakhir
: SD
3. Agama
: Islam
4. Pekerjaan
: Swasta
5. Alamat : Jl.Haji Ten No.24 RT 09 RW 01
Kel.
Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220
II. pertanyaan tentang anak yang berusia 7-11 Tahun:
Nama anak
: Astuti aryanti
Tanggal Lahir
: 11 Oktober 2001
Sekolah :
SDN Rawamangun No 8 Petang
C.
Deskripsi
Kasus
Fajar dan
Tuti adalah siswa SDN Rawamangun No 8
Petang mereka dua saudara Tuti merupakan kakaknya fajar, yang sekarang duduk di
kelas 5 sedangakan fajar duduk di kelas 1 SDN Rawamangun No 8 Petang. Fajar merupakan anak yang penuh
percaya diri, riang dan lincah, tidak pernah takut bertanya ini itu dan dengan
mantap menyapa orang yang baru dikenalnya. Kondisi tersebut sangat kontras jika
dibandingkan dengan Tuti. kelas 5 SD. Tuti harus ditemani ibunya ketika belanja
makanan yang ia senangi menurut keterangan ibunya setiap kali bertemu orang
baru atau orang yang bertamu kerumahnya ingin terus-menerus berada dekat
orangtuanya, menyembunyikan wajahnya dengan menunduk, sulit diajak bicara dan
tidak mau melakukan kontak mata. Situasi ini sangat membingungkan ibu Ika dan
tak jarang ia menjadi malu dan sedikit ”jengkel” dengan perilaku anaknya.
Disaat belajar kelompok Tuti kurang
dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Dia hanya diam tanpa ikut serta dalam kegiatan tersebut. Kadang wali kelas
tuti dibuat jengkel oleh tuti yang pemalu itu. Apa bila disuruh begini begitu
tidak mau. Jawabnya cukup singkat, “Malu..... ah!” atau ngayunkan- tubuh sambil
mengeleng-gelengkan kepala.
Contohnya saja ketika disuruh maju ke depan kelas untuk bernyanyi.
Apabila terus dipmakamakaaksa untuk maju kedepan kelas maka dia akan menangis
dan mengamuk.
D.
Analisis Asesmen,
Tindakan Persiklus
pedoman wawancara
yang telah ditetapkan. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 13 Nopember 2012 sampai 16 Desember 2012 di Haji Ten
No.24 RT 09 RW 01 Kel. Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220 dengan
kasus anak pemalu dan kurang percaya diri. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan 2 Tahapan, yaitu siklus I, dan siklus II.
Penelitian ini, akan memperoleh hasil temuan dari setiap
siklus yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian ini kemudian dideskripsikan,
dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui perilaku. Sehingga hasil temuan
tersebut dapat diketahui kekurangan dari setiap pembelajaran yang disampaikan
terhadap siswa atau anak dan membuat rencana dan pelaksanaan perbaikan yang
dilakukan oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Hasil Penelitian Siklus I (13 November
2012, Pukul 07.30-08.40)
Pelaksanaan siklus 1
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1) Perencanaan
tindakan
Perencanaan yang dilakukan pertama kali oleh
peneliti adalah mengamati prilaku siswa
atau anak kemudian membuat rencana pelaksanaan lengkap dengan ovservasi,
wawancara, dan Selanjutnya menyiapkan
instrumen angket dan alat evaluasi yang digunakan dalam siklus.
2) Pelaksanaan
Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan angket berdasarkan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Sebelum pelaksanan tindakan siklus 1
peneliti tanya jawab kemudian penjelasan
konsep. mendiskusikannya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar anak atau
siswa sehari-hari. Pada kegiatan penutup peneliti mengarahkan siswa atau anak
untuk membiasakan supaya tidak merasa minder dan pemalu..
a) Hasil angket
Hasil angket dari
siklus 1 yang telah dilaksanakan di dapat dinyatakan kurang dari harapan.
Berdasarkan angket pada siklus 1 hasil prilaku anak atau siswa tidak sesuai dengan harapan dan untuk lebih
meningkatkan kembali hasil belajar maka perlu ada lagi tindakan selanjutnya
yaitu pembelajaran siklus 2.
b) Hasil
wawancara
Wawancara dilakukan sesuai
dengan pedoman wawancara yang telah ditetapkan. Wawancara dilakukan oleh
peneliti kepada Hasil Observasi dan Catatan Lapangan
Penemuan-penting saat penelitian
berlangsung
Tahap
|
Temuan
Penting
|
1
|
2
|
Apersepsi
Kegiatan
inti dan saat penjelasan konsep
Kegiatan
akhir
|
· Pada
saat peneliti berusaha menyapa dan bertanya siswa masih menunduk
· Anak
masih menghindari kontak mata
· Siswa
saat ditanya masih diam dan tidak mau melakukan apa-apa.
· Anak
mengalami psikosomatis
· Anak
meras tidak nyaman
|
Temuan Penting Siklus I
Temuan pertama pada saat pengkondisian siswa, kaadaan
siswa yang masih kurang siap dalam pertanyaan, sehingga anak atau siswa diam
dan menunduk.
Temuan kedua pada tahap pelaksanaan Anak masih
menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa.
·
Temuan
ketiga pada tahap penjelasan konsep dan diskusi melalui
pertanyaan-pertanyaan kurang menanggapinya, mengalami psikosomatis, dan meras tidak nyaman
4). Refleksi
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan,
maka dilakukan analisis terhadap kegiatan
pembelajaran, catatan lapangan, hasil wawancara, lembar observasi, hasil
diskusi dengan observasi dan hasil evaluasi. Sehingga diperoleh data dan temuan
penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan
selanjutnya. Upaya yang dilakukan dalam perbaikan pembelajaran selanjutnya:
1.
Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut.
Caranya dengan membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan
: manusia adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
2.
Memberi
perhatian padanya (baik oleh guru pembimbing atau orang lain) untuk melihat apa yang menyebabkan ia tidak
diterima oleh kelompok teman sebayanya.
3.
Memberi
dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan memaksa anak
yang pemalu / menyendiri untuk berpindah di muka kelas kalau ia belum siap.
Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur.
Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam usahanya.
4.
Memberikan
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang pemalu dan
menyendiri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi
dalam kelompoknya.
2.
Siklus II (15 Desember 2012,
Pukul 07.30-08.40)
Pelaksanaan siklus 2
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dari hasil pembelajaran siklus 1.
1) Perencanaan
tindakan
3) Perencanaan
yang dilakukan membuat rencana penelitian lengkap dengan
mengamati prilaku siswa atau anak kemudian
membuat rencana pelaksanaan lengkap dengan ovservasi, wawancara, dan repleksi pada siklus 1. Selanjutnya menyiapkan
instrumen dan alat evaluasi yang digunakan dalam siklus 2.
2) Pelaksanaan
Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan
kegiatan pembelajaran kembali rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Sebelum pelaksanan tindakan siklus 2 peneliti
membuka pelajaran dengan pengkondisian siswa, apersepsi dan tanya jawab
kemudian penjelasan konsep tentang peristiwa penting dalam keluarga yang menyenangkan. contohnya Peristiwa Pesta Ulang Tahun dan
Peristiwa Lebaran kemudian
mendiskusikannya dengan pertanyaan-pertanyaan.
Pada kegiatan penutup peneliti mengarahkan
siswauntuk menyimpulkan materi dan melakukan angket untuk mengetahui hasil prilaku
siswa yang ke 2.
a) Hasil angket
Hasil angket dari
siklus 2 yang telah dilaksanakan di dapat sudah memenuhi harapan yaitu siswa atau anak sudah mau
diajak bicar, sudah dapat berkontak mata, dan memperlihatkan wajah ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus 2 sudah
sesuai dengan harapan dan untuk lebih meningkatkan.
b) Hasil
wawancara
3)
Hasil
Observasi dan Catatan Lapangan
Penemuan-penting saat
pembelajaran berlangsung
Tahap
|
Temuan
Penting
|
1
|
2
|
Apersepsi
Kegiatan inti dan
saat penjelasan konsep
|
· Pada
saat peneliti berusaha menyapa dan bertanya siswa sudah tidak menunduk
· Anak
mulai berkontak mata
· Siswa
saat ditanya masih menjawab sudah mulai aktif
· Anak
sudah mau bercerita
· Anak
meras nyaman
|
Temuan
Penting Siklus 2
Temuan pertama pada saat pengkondisian siswa,
kaadaan siswa yang masih kelihatanya tidak tegang siap dalam pertanyaan,
sehingga anak atau siswa tidak diam dan menunduk, sudah mulai berkontak mata.
Temuan kedua pada tahap pelaksanaan Anak masih
menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa.
Temuan ketiga pada tahap penjelasan konsep dan
diskusi melalui pertanyaan-pertanyaan sudah
menanggapinya, dan meras tsudah
merasa nyaman
4). Refleksi
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan,
maka dilakukan analisis terhadap kegiatan
pembelajaran, catatan lapangan, hasil wawancara, lembar observasi, hasil
diskusi dengan observasi dan hasil evaluasi. Sehingga diperoleh data dan temuan
penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan
selanjutnya. Upaya yang dilakukan dalam perbaikan pembelajaran selanjutnya:
1.
Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut.
Caranya dengan membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan
: manusia adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
2.
Memberi
perhatian padanya (baik oleh guru pembimbing atau orang lain) untuk melihat apa yang menyebabkan ia tidak
diterima oleh kelompok teman sebayanya.
3.
Memberi
dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan memaksa anak
yang pemalu / menyendiri untuk berpindah di muka kelas kalau ia belum siap.
Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur.
Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam usahanya.
4.
Memberikan
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang pemalu dan
menyendiri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi
dalam kelompoknya.
Refleksi
Pada tahap pembelajaran
siklus II memperoleh penilaian yang baik. Berdasarkan proses pembelajaran yang
sudah dilaksanakan ada beberapa temuan yang diperoleh dari proses pembelajaran
ini, sehingga tidak dilakukan perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil Temuan Tindakan
Tahap pendahuluan dimulai dengan observasi di
Jl.Haji Ten
No.24 RT 09 RW 01 Kel. Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220. Observasi dilaksanakan mulai dari bulan Nopember 2012 sampai dengan Desember 2012 kurang lebih satu bulan. Berdasarkan hasil observasi tersebut nampaknya
masih banyak kendala-kendala yang dialami baik oleh peneliti maupun siswa. Salah satunya peneliti
berkesulitan untuk mendekati siswa karena siswa cemas dan seperti mau menangis, siswa merasa kurang nyaman, selalu
meneundukkan pandangan, sulit untuk berkontak mata.
Setelah
mengetahui hal tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian agar kemampuan siswa dan
prilaku dapat lebih tergali. keterlibatan
ketika proses penelitian berlangsung. Dan ternyata sambutan kedua
orangtuanya sangat mendukung
rencana penelitian tersebut.
E.
Instrumen Soal
Pertanyaan tentang perilaku dan kebiasaan anak
dirumah dan di sekolah
1. Agar anak
tidak pemalu kebiasaan apa yang baik, yang perlu ditanamkan pada anak?
2. Bagaimana
cara orangtua mengajarakan kebiasaan sehari - hari pada anak agar anak tidak
pemalu?
3. Siapa yang
bertangung jawab dalam pendidikan anak?
4. Sejak usia
berapa kebiasaan tersebut harus di tanamkan?
5. Di dalam kehidupan
sehari-hari, aturan apa saja yang diterapkan dalam keluarga?
6. Apa yang
dilakukan orangtua agar anak tetap percaya diri?
7. Bagaimana
cara orang tua menerapakan peratuarn tersebut pada anak?
8. Apakah
orangtua selalu meluangkan waktu bersama
anak?
9. Apakah yang
dilakuakan orangtua apabila anak melangar peratuaran dalam keluarga?
10.
Apa yang dilakuakan orangtua untuk memebina rasa
kebersamaan dalam keluarga?
F.
Analisis
Hasil
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang
meliputi temuan-temuan dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dan pembahasan akan diuraikan pada bagian akhir, untuk menyimpulkan hasil
penelitian dan menjawab masalah yang
diajukan.
Berdasarkan data hasil lapangan, peneliti menemukan beberapa hal yang
berkaitan dengan anak pemalu dan kurang percaya diri, yang diamati dan
diwawancara sebagai berikut:
Hasil pengamatan melakukan hal-hal sebagai berikut:
Ibu ika : Tuti, ayo ... salim sama kak budi, mama kebelakang dulu,”
Saat wawancara, Fajar berlari2 diruang tamu
Tuti: Duduk aja ya..... ma, kata Tuti sambil nyumput dan menundukan kepala.
Pewawancara: adik sini salam sama kak budi
Tuti: Salam sedikit, sambil menunduk
Pewawancara: Terimakasih sambil bilang
pintar
Tuti: Diam saja tidak berkontak mata
Pewawancara : adik sekarang kelas berapa?
Tuti:Lebih banyak menutup wajah dengan tangan sambil menjawab dengan
isyarat mengacungkan jari yang berarti kelas 5.
Pewawancara: oh adik sekarang kelas 5
Tuti : Menangukan kepala.
Pewawancara:
adik cita-citanya mau jadi apa?
Fajar tiba-tiba
nyeletuk menjawab kalo Fajar mau jadi pemain bola
Tuti: Tidak
menjawab
Pewawancara:
Hebat Fajar mau jadi pemain bolah, berarti sekolahnya harus pintar kalo adik Tuti cita-citanya apa?
Tuti: Hanya
mengelengkan kepala
Pewawancara: Hayo.... adik Tutikan sekolahnya pintar pasti
mau jadi guru, perawat, Dokter, Artis
atau mau jadi apa?
Tuti: Tidak
punya cita-cita
Pewawancara:
kenapa tidak punya cita-cita, kan sekolahnya pintar
Tuti:
Malu....ah,,, sambil menutup wajah
Kelihatannya
tuti merasa tidaknyaman dan menunduk terus-menerus ketika ditanya sedikt menjawab
dan lebih banyak diam.
Pewawancara bertanya : menurut ibu apa yang harus
dilakuakan agar anak tidak pemalu?
Ibu Ika: Membiasakan anak untuk bermain dengan
teman-temannya.
F. Solusi Mengatasi
Anak Pemalu
1. Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut. Caranya dengan
membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan : manusia
adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
2. Memberi perhatian padanya (baik oleh guru pembimbing atau orang lain)
untuk melihat apa yang menyebabkan ia
tidak diterima oleh kelompok teman sebayanya
3. Memberi dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan
memaksa anak yang pemalu / menyendiri untuk berpindah di muka kelas kalau ia
belum siap. Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia
lebih mundur. Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam
usahanya.
4. Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang
pemalu dan menyendiri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi
dalam kelompoknya.
5. Menolong siswa agar ia dapat makin diterima oleh kelompoknya.
6. Guru perlu menunjukkan kepada anak bahwa anak diterima oleh guru dan
bahwa partisipasinya dihargai.
Siswa pemalu memang sulit untuk diatasi. Walaupun tidak begitu terlihat,
namun secara tidak langsung hal itu mengakibatkan potensi yang dimilikinya
menjadi terhalang. Hal terpenting untuk dilakukan adalah mengubah pandangan
tentang citra dirinya, pandangan yang semula negatif diubah menjadi positif.
Tanamkan rasa percaya diri dan pemberian penghargaan dapat secara bertahap
mengubah citra dirinya. Mengatasi siswa pemalu tidak bisa dilakukan secara
spontan, harus dilakukan setahap demi setahap. Sebab ini berkaitan dengan
kebiasaan / kepribadian dirinya. Dan mengubah kebiasaan / kepribadian tidak
bisa secara langsung. Oleh karena itu mengatasi anak yang pemalu (sebenarnya
tidak hanya anak pemalu) perlu memerlukan kesabaran dan keuletan. Dan untuk
batas waktu tidak bisa ditentukan secara pasti, tergantung seberapa besar siswa
tersebut mau berubah.
Instrumen
Siklus II
· Apa yang
menyebabkan kamu merasa minder dan rendah diri?
· Mengapa kamu
merasa banyak kekurangan?
· Mengapa kamu
merasa tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan?
4. Mengapa kamu
merasa kurang nyaman bila berada diantara orang-orang yang
baru kamu
kenal?
5. Siapa Orang-
orang yang baru kamu kenal?
6. Siapa Orang-
orang yang menurut kamu punya derajat lebih tinggi dari kamu?
7. Apa yang
membuat kamu tidak tenang sehingga muncul rasa malu?
8. Apa yang
membuat dirimu merasa rendah diantara teman-temanmu?
9. Bagaimana
cara mengatasi sifat pemalu, minder dan rendah diri dalam diri ?
10.Siapa saja orang orang yang buat kamu malu dan
minder?
Refleksi dan
solusinya
· Apa yang
menyebabkan kamu merasa minder dan rendah diri?
· Apa Karena
merasa banyak kekurangan?
· Karena
merasa tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan?
Kita tidak harus selalu memandang ke atas. Kita juga
tidak perlu menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri dan itu sudah cukup
menyenangkan. Mengenali potensi diri dan mengembangkannya adalah cara terbaik
untuk meningkatkan rasa percaya diri. Jadi tidak perlu yang namanya malu atau
minder 2.
· . Siapa saja
orang orang yang buat kamu malu dan minder?
· Siapa Orang orang yang baru kamu kenal?
· Siapa Orang orang yang menurut kamu punya
derajat lebih tinggi dari kamu?
Oke, mulailah
dengan mengubah cara berfikir kamu. Setiap manusia adalah sama. Setiap orang
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bahkan untuk orang orang yang
kamu anggap sempurna. Mereka sama seperti kamu, seperti saya, maka tidak ada
alasan untuk merasa minder.
Berhentilah memikirkan kekurangan-kekuranganmu
Terimalah diri kamu apa adanya. Jadikan kekurangan kamu sebagai kelebihan.
Tukul Arwana, adalah contoh yang tepat dalam hal ini. Lihat, bagaimana dia
memaksimalkan kekurangannnya menjadi kelebihan yang justru tidak dimiliki orang
lain. Selalu menutupi kekurangan hanya akan membuat kamu semakin terpuruk dalam
sikap minder dan rendah diri.
·
Memperluas pergaulan Bergaullah dengan orang orang
yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pelajari cara cara mereka dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Cara mereka berkenalan dengan orang baru, cara
mereka memperlakukan orang lain, cara menyikapi sebuah masalah, cara mengatasi
situasi, dan lain lain. Banyak hal yang bisa kamu pelajari dan praktekan
sendiri.
·
Mulailah belajar bertanya kepada orang baru Belajar
bertanya? Yups, bagi orang orang yang bukan pemalu bertanya kepada orang baru
bukan sebuah masalah besar. Tapi, keadaan berbeda dengan orang orang pemalu.
Rata rata dari mereka jarang sekali memulai pembicaraan atau sebuah pertanyaan.
Hal ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang sama sama pendiam.
·
Perhatikan penampilan Mulailah memperhatikan
penampilan kamu terutama saat keluar dari rumah. Penampilan yang baik dan
maksimal dapat membantu kamu meningkatkan rasa percaya diri. Kamu tidak akan
merasa minder dan malu saat bertemu dengan orang lain karena kamu sudah tampil
All out. Menampilkan yang terbaik. Silakan baca artikel saya 8 Tips Agar Tampil
Menarik.
·
Selalu bersikap tenang Kesalahan utama orang orang
pemalu adalah kurangnya self control (pengendalian diri). Terutama jika berada
dalam situasi yang tertekan dan asing. Grogi, cemas, salah tingkah, berkeringat
adlah beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam tekanan. Sebenarnya hal
itu bisa diatasi dengan beberapa tips ringan. Mengambil nafas dalam dalam dan
menghembuskannya secara perlahan akan membuat kita merasa sedikit lebih rileks
dan tenang. Singkirkan imajinasi negatif kamu mengenai apa yang sedang kamu
hadapi. Hilangkan pemikiran bahwa orang orang sedang memperhatikan kamu dan
berfikir negatif tentang kamu. Faktanya, semua berjalan biasa biasa saja tidak
seperti apa yang kamu pikirkan. Semua hal negatif kamu itu hanya ada dalam
imajinasi kamu saja.
·
Coba sesuatu yang baru Sering mencoba hal-hal baru
akan lebih membuka wawasan serta pandangan kamu tentang hidup dan kehidupan.
Yang pada akhirnya akan memberi kita sebuah pemahaman bahwa tidak ada yang
tidak mungkin. Semua manusia adalah sama. Kita punya kekurangan mereka juga.
Mereka punya kelebihan kita pun memilikinya. Mereka bisa, maka kita juga
bisa..! “Keterbatasan hanyalah sebuah kesalahan dalam cara kita berfikir.”
Seharusnya kita tidak memiliki satu pun alasan untuk merasa minder dan rendah
diri..!
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun
kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering
ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Siswa pemalu memang sulit untuk diatasi. Walupun tidak begitu telihat,
namun secara tidak langsung hal itu mengakibatkan potensi yang dimilkinya
menjadi terhalang.
Mengatasi siswa atau anak pemalu tidak bisa dilakukan
secara sepontan, harus dilakukan setahap demi setahap. Sebab ini berkaiatan
dengan kebiasaan / kepribadian dirinya. Dan mengubah kebiasaan / kepribadian
tidak bisa secara langsung. Oleh karena itu mengatasi anak yang pemalu perlu
kesabaran dan keuletan. Dan untuk batas waktu tidak bisa ditentukan secara
pasti, tergantung seberapa besar siswa atau anak tersebut mau berubah.
B. Saran
Hal terpenting untuk dilakuakan adalah mengubah
pandangan tentang citra dirinya, pandangan yang semula negatif diubah menjadi
positif. Tanamkan rasa percaya diri dan pemberian penghargaan dapat secara
bertahap mengubah citra dirinya. Guru atau wali kelas besrta orang tua bahkan
pihak lain yang terkait harus bekerja sama untuk memberikan bimbingan bagi
siswa atau anak yang mempunyai sikap pemalu dan kurang percaya diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Jamaris Martini, 2009 Kesulitan
Belajar Prespektif, Assessmen dan Penanggulangannya.
Jakarta Pusat : Yayasan Penamas Murni
Cara-menghilangkan-sifat-pemalu-minder-rendah-dirhttp://tipsoke.com/cara-menghilangkan-sifat-pemalu-minder-rendah-diri.html
Belajarpsikologi
http://.com// Posted
by' Haryanto, S.Pd onJune 25, 2010.diakses pada tanggal 27 November 2012
Penyebab-kurangnya-rasa-percaya-diri.http://wownita.blogspot.com/2011/01html
Affirmasi-harian-untuk-meningkatkan.http://wownita.blogspot.com/2011/01/
htm
Apa-penyebab-anak-jadi-pemalu
http://armylookfashion.com/2011/07/27/.html/
Ahmad Ridlowi diakses 27 November 2012
Lampiran
Siklus I dan Siklus II
TAHAPAN-TAHAPAN
SIKLUS I DAN SIKLUS II
OVSEVASI
DAN WAWANCARA