Sabtu, 19 Januari 2013

STUDI KASUS


UJIAN AKHIR SEMESTER
STUDI KASUS
“ANAK PEMALU DAN KURANG PERCAYA DIRI”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah
Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar




DOSEN  PENGAMPU;
PROF. Dr. MARTINI JAMARIS, M.Sc.Ed




       

      
                                                              OLEH ;
                                   
 BUDIANSYAH., S.Pd.I., S.Pd
(NO.REG. 7526120705)
                                                            DIKDAS. B



PROGRAM STUDI  S.2 PENDIDIKAN DASAR
 PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahiim . . .
           
        Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam yang dengan hidayah, taufik dan pertolongan-Nya saya mampu menyelesaikan laporan ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku umatnya.

Ucapan terimkasih saya sampaikan kepada  PROF. Dr. Martini Jamaris, M.Sc.Ed, selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar atas segala bimbingannya. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran demi penyelesaian makalah ini.

Beberapa kendala yang meliputi sarana dan perasarana tidak luput dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kelemahan dan kekurangan pasti akan ditemukan. Untuk itu, saya berharap agar pembaca senantiasa mengoreksi dan menganalisis demi terciptanya makalah yang berkualitas.

                                               
                                               


           
                                                                                    Jakarta, November  2012



                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ..............................................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1
A.   Latar Belakang  ..........................................................................................
1
B.   Rumusan Masalah .....................................................................................
1
C.   Tujuan Penulisan .......................................................................................
2
D.   Metode Penulisan ......................................................................................
2
E.   Sistematika Penulisan ................................................................................
3
BAB II KAJIAN TEORI ...........................................................................................
4
A.   Anak pemalu dan kurang percaya diri .......................................................
4
B.   Akibat kurang percaya diri .........................................................................
4
C.   Ciri-ciri kurangnya rasa percaya diri ..........................................................
6
D.   Solusi .........................................................................................................
7
E.   Tips untuk masalah kurangnya rasa percaya diri ......................................
8
BAB III METODELOGI ..........................................................................................
13
A.   Metode penelitian .......................................................................................
13
B.   Pengertian studi kasus ..............................................................................
13
C.   Jenis-jenis studi kasus ...............................................................................
14
D.   Langkah – langkah penelitian studi kasus ..................................................
15
E.   Desain dan tahapan intervensi penelitian prosedur penelitian ...................
17
F.    Subjek Penelitian ........................................................................................
20
G.   Keadaan Sosial Ekonomi ............................................................................
20
H.   Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
20
I.      Analisis Data ...............................................................................................
21
BAB IV HASIL ........................................................................................................
22
A.   Penyebab Anak jadi Pemalu .......................................................................
22
B.   Identifikasi Anak atau Siswa .......................................................................
23
C.   Deskripsi Kasus ..........................................................................................
25
D.   Analisis Asessmen, Tindakan Perseklus ....................................................
26
E.   Hasil Penelitian Siklus I ..............................................................................
26
F.    Hasil Penelitian Siklus II .............................................................................
30
G.   Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................................
33
H.   Instrumen Soal ............................................................................................
34
I.      Analisis Hasil ..............................................................................................
34
J.    Solusi Mengatasi Anak Pemalu ..................................................................
36
K.   Refleksi dan Solusinya ...............................................................................
39
BAB V PENUTUP .......................................................................................
40
A.   Kesimpulan .................................................................................................
40
B.   Saran ..........................................................................................................
40






























BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Jika mengamati siswa atau anak di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal, maka di sana kita akan menemukan berbagai karakter / watak yang berbeda satu dengan yang lain. Ada yang periang, cerdas, pandai bergaul.  Ada juga yang pemalas, suka berkelahi, sering berbohong, pemalu,  kurang percaya diri dan sebagainya. Kesemuanya itu akibat lingkungan yang memepengaruhinya.
Di antara sekian banyak karakter / sifat siswa atau anak tersebut disini akan dibahas mengenai siswa yang memiliki sifat pemalu dan kurang percaya diri. Sebenarnya sifat pemalu dan kurang percaya diri merupakan hambatan bagi diri siswa atau anak itu sendiri. Siswa atau anak pemalu biasanya menutup diri, kurang pandai bergaul dengan teman sebayanya, tidak bisa mengekspresikan dirinya, adanya perasaan tertekan, dan sebagainya. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Jika ia pandai maka ia tidak bisa menunjukkan kepandaiannya karena tertekan oleh sifat malu itu sendiri.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas salah satu permasalahan siswa atau anak yang ada di Sekolah Dasar yaitu sikap pemalu dan kurang percaya diri serta berusaha mencari alternatif penyebab masalah, alternatif pemecahan masalah dan berusaha untuk mengadakan tindak lanjut demi perkembangan belajar dan kedewasaan anak. Berikut analisis dan solusi yang dapat diberikan kepada guru sebagai wali kelas sekaligus pembimbing  maupun orang tua yang bermasalah tersebut.
B.     Rumusan  Masalah
              Berdasakan  latar belakang masalah di atas maka penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana kasus mengenai anak pemalu dan kurang percaya diri ?
2.    Apa yang dimaksud dengan pemalu dan kurang percaya diri ?
3.    Apa penyebab anak pemalu dan kurang percaya diri ?
4.    Bagaimana solusi yang dapat diberikan kepada anak pemalu dan kurang percaya diri ?
C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalh diatas, maka penyusun merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut :
1.    Mengetahui kasus anak pemalu dan kurang percaya diri.
2.    Mengetahuai apa yang dimaksud pemalu dan kurang percaya diri.
3.    Mengetahui penyebab pemalu dan kurang percaya diri.
4.    Mengetahui solusi yang diberikan kepada anak pemalu dan kurang percaya diri.

D.    Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data yang lengkap dalam upaya membantu siswa kasus memecahkan masalahnya, penyusun mengumpulkan data dengan berbagai cara. Hal ini dimaksudkan agar data yang masuk dapat dipertanggungjawabkan keobyektifannya. Cara-cara yang dimaksud adalah dengan cara menggunakan berbagai metode. Adapun metode yang digunakan dalam hal ini adalah:
1.    Observasi
 Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan, sikap, dan tingkah laku siswa.
2.    Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung kepada siswa yang bersangkutan (bermasalah) siswa atau anak dan orang tua siswa.

3.    Angket
Angket digunakan untuk mengetahui identitas siswa kasus secara lengkap dan jenis masalah yang dihadapi. Penyusun memberikan angket atau daftar isian tentang data siswa.





E.     Sistematikan Penulisan
Bab I berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan,
Bab II berisi kajian pustaka yang berisi teori-teori yang relevan dengan permaslahan,
Bab III berisi metodaogi penelitian,
Bab IV berisi hasil penelitian,
Bab V berisi penutup meliputi kesimpilan dan saran.

























BAB II
KAJIAN TEORI

A.     Perilaku Pemalu dan Kurang Percaya Diri
Perilkau pemalu dan kurang percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
B.     Akibat Kurang Percaya Diri
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :
a.  Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan  secara sungguh sungguh.
b.  Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f. Canggung dalam menghadapi orang
g. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h. Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i.  Terlalu perfeksionis
j. Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.
Penyebab Kurangnya Rasa Percaya Diri
Kurangnya percaya diri disebabkan oleh faktor-faktor yang bergantung pada latar belakang dan status seseorang, lingkungan, usia, hubungannya dengan dunia luar, dan lain-lain. Untuk bisa sukses mengatasi masalah ini, pertama-tama seseorang harus lebih dulu menentukan penyebab dari berkurangnya rasa percaya diri. Dan cara terbaik untuk menghadapi masalah apapun adalah dengan melihat kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dimasa lalu.
  • Terabaikan. Anak-anak yang tumbuh tanpa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup akan merasa terabaikan dan bersikap acuh tak acuh saat mereka dewasa. Mereka akan merasa kesulitan untuk mempercayai dan bergaul orang lain.
  • Kritik yang berlebihan. Saat seorang anak terus menerus diingatkan bahwa dia nakal, itu akan membuatnya menjadi depresi dan hilang percaya diri. Kejadian-kejadian seperti ini akan menyebabkan dirinya merasa tidak berharga, membuatnya menjadi pesimis, dan enggan untuk melakukan sesuatu yang positif.
  • Pengaruh dari orang tua dan keluarga. Orang tua cenderung utuk mempengaruhi anaknya dengan merefleksikan mimpi-mimpi mereka yang tidak terpenuhi. Mereka membuat kesalahan dalam memilih karir sehingga ketidak bahagiaan tersebut mempengaruhi anak-anaknya.
  • Pencapaian. Orang bekerja untuk mencapai sukses dalam hidupnya dan saat mereka gagal setelah bekerja keras, mereka memperlakukan kegagalan tersebut sebagai kenyataan pahit yang menyebabkan hilangnya rasa percaya diri.
  • Penampilan fisik. Penampilan fisik dari seseorang itu sangat penting karena itu yang paling mempengaruhi. Orang yang berpenampilan buruk akan merasa rendah diri saat membandingkan dirinya dengan orang yang berpenampilan lebih baik. Ini akan menciptakan perasaan malu, yang menyebabkan mereka mengisolasi diri dari kehidupan sosial.
  • Pengalaman negatif. Kurangnya rasa percaya diri terkadang disebabkan oleh pengalaman yang negatif. Anak-anak cenderung untuk meniru hal-hal negatif disekitarnya. Orang dewasa juga terkadang suka ikut-ikutan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang membahayakan rasa percaya dirinya.
  • Kekerasan terhadap anak-anak. Orang yang kurang percaya diri biasanya pernah mengalami kekerasan yang menyebabkan kerusakan fisk maupun mentalnya sewaktu masih berusia kanak-kanak. Kekerasan fisik ini termasuk kejahatan seksual terhadap anak-anak, yang biasanya bisa disembuhkan, akan tetapi, kekerasan terhadap mental akan membekas sangat dalam dan sangat sulit untuk disembuhkan. Pelaku kekerasan terhadap anak-anak ini biasanya adalah keluarga teman, kerabat, tetangga, orang asing dan wali atau orang tua tiri.
  • Pengangguran.
Seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan akan merasa putus asa dan tidak beguna. Kegagalan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya akan membuat seseorang menjadi kurang percaya diri.
C. Ciri-ciri Kurangnya Rasa Percaya Diri
Orang yang kurang percaya diri punya ciri-ciri dasar berikut ini, yang terkadang sulit untuk di identifikasi:
  1. Kurang bisa untuk bersosialisasi dan tidak yakin pada diri sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya.
  2. Seringkali tampak murung dan depresi.
  3. Punya masalah dalam kebiasaan makan misalnya anorexia yang mengarah pada obesitas, yang membahayakan bagi tubuhnya.
  4. Mereka suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali potensi yang dimilikinya.
  5. Takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif.
  6. Takut untuk mengambil tanggung jawab.
  7. Takut untuk membentuk opininya sendiri.
  8. Hidup dalam keadaan pesimis.
D.   Solusi
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi rasa malu, yaitu :
1.    Orang tua sebaiknya tidak mengolok-ngolok sifat pemalu anak ataupun
memperbincangkan sifat pemalunya di depan sang anak. Contohnya, dengan
mengatakan; “kamu sih,pemalu”, “iya loh bu Joko, anak saya pemalu sekali”.
Dengan mengatakan hal-hal ini anak dapat merasa tidak diterima apa adanya
2.    Mengetahui kesukaan dan potensi anak, lalu mendorongnya untuk berani
melakukan hal-hal tertentu lewat media hobi, dan potensi diri. Misalnya, anak
suka main mobil-mobilan
3.     Sebaiknya orangtua secara rutin mengajak anak berkunjung ke rumah teman,
tetangga, atau kerabat dan bermain disana. Kunjungan sebaiknya dilakukan pada teman-teman yang berbeda.
4.    Lakukan role playing bersama anak. Misalnya bermain bersama orangtua bermain bersama diwaktu libur atau di waktu free.
Psikiater anak swallow pada 2000 membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan ataupun dirasakan anak pemalu :
  1.  Menghindari kontak mata.
  2. Tidak mau melakukan apa-apa.
  3. Tidak mau mengikuti kegiatan di kelas.
  4. Tidak mau meminta pertolongan atau bertanya kepada orang yang tidak dikenal.
  5. Mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat,keringat dindin,
    dan bibir terasa dingin) disaat-saat tertentu.
  6. Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja, seperti “ya”, “tidak”, “tidaktahu”.
  7. Mengalami psikosomotis.
  8. Merasa tidak ada yang menyukai.
E.   Tips untuk Memerangi Masalah Kurangnya Rasa Percaya Diri
  1. Selalu hindari situasi yang negatif.
  2. Cobalah untuk berkumpul hanya dengan orang-orang yang positif.
  3. Gunakan journal untuk mencatat hal-hal positif yang terjadi disekitar.
  4. Berpikirlah dengan lebih positif.
  5. Jangan enggan untuk meminta tolong saat berada dalam kesulitan.
  6. Carilah bantuan dari tenaga profesional untuk menghadapi masalah yang serius.
Hal yang menyenangkan tentang hidup adalah bahwa dia memberikan kita kemampuan untuk menghadapi kurangnya rasa percaya diri. Mari, jangan biarkan rasa kurang percaya diri menghambat kita untuk mendapakan kehidupan yang membahagiakan.
Anak-anak terkadang punya kesulitan untuk membangun dan mempertahankan tingkat rasa percaya dirinya, terutama saat mereka hampir menginjak usia remaja. Tekanan dari teman, tantangan untuk berkembang, pekerjaan tumah, dan kebutuhan untuk mempelajari skill-skill baru, bisa mempengaruhi tingkat rasa percaya dirinya.
Jika anda merasa bahwa rasa percaya diri anak anda perlu ditingkatkan, berikut ini beberapa tips yang bisa membantu:
· Tunjukkan Hal-hal Positif
Seringkali, orang tua sangat cepat untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Sedangkan saat anak-anak melakukan sesuatu yang baik, orang tua jarang memperhatikan atau menghargainya.
Jadi, cobalah untuk memperlihatkan dan memperhatikan hal-hal yang dilakukan oleh anak anda dengan baik, meski itu cuma hal-hal kecil. Tentu, anda juga harus selalu memastikan untuk bersikap jujur saat berkomentar, sebab anak-anak bisa mendeteksi pujian yang tidak jujur.
·      Rayakan Prestasinya
Mensupport dan merayakan keberhasilan anak anda adalah cara lain untuk membantu meningkatkan rasa percaya dirinya. Sebagai contoh, jika anak anda suka berolah raga, cobalah untuk menemaninya sesering mungkin. Photo mereka saat sedang bermain, yang nantinya bisa anda bingkai.
Ini juga adalah cara yang bagus untuk menunjukkan pada anak anda bahwa anda memperhatikan dan mensupport prestasi mereka. Meski jika nantinya anak anda memutuskan bahwa olah raga tertentu tidak cocok untuknya, tapi mereka tetap akan mendapatkan keuntungan dari pengalaman tersebut karena sudah pernah mencobanya.
·      Ajarkan Mereka Tentang Kenikmatan dari Membantu Orang Lain
Membantu orang yang sedang membutuhkan adalah salah satu cara terbaik untuk membuatnya merasa senang terhadap diri sendiri. Dorong anak anda untuk terlibat suatu kegiatan amal, membantu anak lain, atau orang-orang disekitar. Cara ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya sekaligus memberikan mereka pengalaman yang berharga. Jika memungkinkan, photo mereka saat sedang melakukan aktivitas tersebut. Dengan menempelkan photo tersebut di album, itu akan menunjukkan bahwa anda memberikan dukungan terhadap usaha dan aktivitas mereka. Memberikan peluang pada anak anda untuk membantu di rumah juga adalah salah satu cara terbaik untuk membangun rasa percaya dirinya. Dengan melakukannya, maka anak anda bisa belajar skill-skill yang berguna, sambil mengembangkan keyakinannya terhadap kemampuan dan skill yang dimilikinya.
·  Dorong Anak Anda untuk Mencoba Hal-hal Baru
Meski terkadang untuk mencoba hal-hal baru itu bisa membuat mereka stress, tapi itu bisa menjadi cara yang bagus untuk membuat mereka bisa belajar mengenai berapa banyak yang akan mereka capai saat mereka mau mencoba sesuatu yang baru. Mencoba olah raga yang baru, bergabung dalam sebuah kelompok, atau terlibat dalam suatu hobby atau aktivitas, bisa menjadi cara yang bagus untuk menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya dirinya. Anak anda mungkin akan menemukan hasratnya yang lain, atau bahkan mempelajari skill-skill yang bisa mengarahkannya pada suatu karir di masa depan. Mencoba hal-hal baru juga bisa memberikan mereka pengalaman, mendorong mereka untuk mengembangkan kecerdasannya. Setiap kali memungkinkan, anda harus mengambil photo anak anda saat sedang melakukan aktivitas ini. Tempelkan photo-photo ini disekitar rumah, sebagai tanda bahwa anda mensupport aktivitas mereka. Bahkan nantinya, anak anda mungkin ingin menempelkan photo tersebut dikamar mereka sendiri.
·      Affirmasi harian bisa berbentuk pernyataan-pernyataan, kata kunci, atau mantra dan simbol-simbol yang mempunyai makna khusus bagi mu. Affirmasi harian ini akan memicu pikiran-pikiran positif dan membantu mu untuk membangun rasa percaya diri. Ada berbagai jenis affirmasi yang berhubungan dengan berbagai aspek dari kehidupan, misalnya kesuksesan, kesehatan, hubungan, rasa percaya diri, dan lain-lain. Kamu bisa membuat affrimasi harian mu sendiri menggunakan pernyataan-pernyataan positif yang kamu susun sendiri.  Tapi ada dua hal yang harus diingat saat membuat sendiri affirmasi mu. Pertama, selalu tuliskan affirmasi dalam kalimat positif, misalnya, "Aku merasa bahagia" dan bukan "Aku tidak sedih." Kedua, tuliskan affirmasi dalam bentuk kalimat waktu sekarang (present tense), misalnya, "Aku merasa bahagia" dan bukan "Aku akan menjadi bahagia."  Affirmasi yang ditulis dengan bijaksana, bisa memberikan efek secara instant terhadap peningkatan dan pengembangan diri mu. Berikut ini beberapa contoh affirmasi harian yang bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan memberikan perubahan yang positif dalam hidup:
  • Aku punya kemampuan untuk mengubah diri ku.
  • Aku bahagia karena punya kesempatan untuk melakukan apa yang aku sukai.
  • Aku memanfaatkan kemampuan terbaik ku untuk meningkatkan hidup ku.
  • Aku menyukai apa yang aku lakukan dan mengerjakannya dengan sepenuh hati.
  • Aku merasa yakin dan terorganisir.
  • Aku membuka pikiran dan memanfaatkan kritik untuk mengembangkan diri ku.
  • Aku merasa bahagia dalam setiap situasi, meski disaat-saat yang membuat stress.
  • Aku berhak untuk sukses.
  • Aku berhak untuk bahagia.
  • Aku berhak untuk dicintai.
  • Aku belajar dari kesalahan ku.
  • Aku senang menerima tantangan dan resiko dalam hidup.
  • Aku punya pengetahuan dan skill untuk membuat pekerjaan ku jadi lebih baik.
  • Aku punya kekuatan untuk mengambil keputusan dan aku akan mengambil keputusan yang benar.
  • Aku mampu untuk berpikir sendiri dan punya pilihan sendiri dalam semua aspek kehidupan ku.
  • Aku percaya pada kebaikan dalam hidup.
  • Aku bisa mema'afkan diri ku dan orang lain.
  • Aku bisa memahami orang lain dan motif mereka.
  • Aku merasa bangga dengan diri ku dan orang-orang yang aku cintai.
Affirmasi harian diatas akan membantu mu meningkatkan rasa percaya diri dan membuat mu merasa lebih bahagia. Tuliskan affirmasi ini pada selembar kertas dan baca setiap hari.
Ulangi affirmasi ini secara teratur dengan jarak waktu tertentu setiap hari. Kamu juga bisa menempelkan affirmasi ini ditempat yang bisa terlihat dengan mudah, misalnya di lemari pakaian, meja belajar, atau di dinding kamar. Itu akan membuat mu merasa selalu dikelilingi oleh pemikiran-pemikiran positif.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri, setiap kali kamu merasa rendah diri atau berpikir negatif,  baca affirmasi tersebut dan buang jauh-jauh rasa pesimis.
Affirmasi harian untuk menumbuhkan rasa percaya diri ini akan memprogram ulang alam bawah sadar mu, yaitu dengan cara membuang semua ide-ide negatif, membuat mu jadi bisa berpikir positif secara natural.
Menurut Law of Attraction, affirmasi akan menciptakan getaran yang positif disekitar mu dan menarik hal-hal yang kamu inginkan dalam hidup. Yang perlu kamu lakukan adalah percaya pada apa yang kamu inginkan dan mengulanginya dengan yakin, perhatian, tertarik, dan sepenuh hati.













BAB III

METODE PENELITIAN


A Metode Penelitian.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dalam upaya membantu siswa kasus memecahkan masalahnya, penyusun mengumpulkan data dengan berbagai cara. Hal ini dimaksudkan agar data yang masuk dapat dipertanggungjawabkan keobyektifannya. Cara-cara yang dimaksud adalah dengan cara menggunakan berbagai metode. Adapun metode yang digunakan dalam hal ini adalah:
1.     Observasi
 Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan, sikap, dan tingkah laku siswa.
2.     Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung kepada siswa yang bersangkutan (bermasalah) siswa atau anak dan orang tua siswa.
3.   Angket
Angket digunakan untuk mengetahui identitas siswa kasus secara lengkap dan jenis masalah yang dihadapi. Penyusun memberikan angket atau daftar isian tentang data siswa.
B. Pengertian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
C.  Jenis-jenis Studi Kasus
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
 D. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit  sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
b. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
c. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
d. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
e. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.

E.  Desain dan Tahapan Intervensi Penelitian


Prosedur Penelitian
Refleksi II
Belum
Analisis Data
Alternatif Pemecahan
(rencana tindakan)
Observasi II
Pelaksanaan Tindakan II
S
I
K
L
U
S

II
S
I
K
L
U
S
U
S

I
Belum Terselesaikan
Permasalahan
Refleksi I
Analisis Data
Alternatif Pemecahan
Observasi I
Pelaksanaan Tindakan I
 














                                                           Siklus Selanjutnya
Gambar . Alur Dalam Penelitian Tindakan
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat taraf : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting) yang dapat digambarkan sebagai berikut (Ahmad HP, 199
Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada metode Kemmis dan Mc Taggart (Soedarsono, 1997:16). Metode ini terdiri dari empat komponen yaitu:
1.  Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan   : Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3.  Observasi : Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4.   Refleksi    : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil  atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.
Bedasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan satu sama lain. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan setiap tindakannya agar mencapai hasil yang maksimal. Langkah kedua adalah melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Langkah selanjutnya yaitu kegiatan observasi dapat dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh observer yang akan mengamati berlangsungnya proses pembelajaran. Selama berlangsungnya tindakan, dilakukan observasi. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh seorang observer dengan menggunakan panduan berupa lembar observasi. Selain adanya kegiatan observasi, peneliti menuliskan temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung dalam catatan lapangan. Setiap selesai melaksanakan satu kali tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara, observasi, catatan lapangan, hasil diskusi dengan observer dijadikan sebagai bahan analisis dan refleksi dari setiap tindakan yang telah dilaksanakan.
Kegiatan akhir dari rangkaian kegiatan penelitian tindakan adalah tahap refleksi. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi ini memberikan kemudahan untuk melakukan perubahan pada tindakan berikutnya. Keempat langkah tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
a.      Tahap Observasi ( Pengamatan)
  Observasi pada dasarnya dilaksanakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Kasbolah  (1999:91) mengemukakan pengertian observasi yaitu : semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai. Fungsi dari observasi yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana dan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan mencapai tujuan.
            Pengamatan dilaksanakan secara langsung pada saat proses pembelajaran di kelas dengan cara melihat, mengamati dan mencatat perilaku siswa maupun guru dengan bantuan observer.
b.  Tahap Refleksi
          Menurut Kasbolah ( 1999:74) menjelaskan bahwa refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interprestasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan setiap akhir  tindakan dengan melakukan diskusi dengan observer. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis dari hasil observasi berupa catatan lapangan, wawancara dan hasil evaluasi, sedangkan hasil refleksi merupakan bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
F.    Subjek Penelitian 
       Dalam penelitian ini menggunakan subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SDN Rawamangun Kecamatan Pulau Gadung Jakarta Timur 13220.
Siswa yang menjadi subjek penelitian terdiri dari siswa kelas 5 Siswa  SDN Rawamangun Kecamatan Pulau Gadung Jakarta Timur 13220 tahun ajaran 2012–20113 dengan jumlah siswa 1 orang perempuan.
Adapun beberapa karakteristik tempat penelitian adalah sebagai berikut :
g. Keadaan Sosial Ekonomi
Latar belakang ekonomi orang tua siswa menengah kebawah, bekerja sebagai penjahit, dan pedagang,Tempat tinggal siswa berada di lingkungan pasar kaget jln Haji Ten Rawamangun Kecamatan Pulau Gadung Jakarta Timur 13220.

h.  Teknik Pengumpulan Data
       Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.  Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati atau mengobservasi secara langsung.  Observasi ini difokuskan pada aktivitas siswa.
2.  Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui sikap pemalu dan kurang percaya diri diberikan pada setiap tindakan.
3.Lembar wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara antara peneliti siswa, peneliti dan observer, yang dilaksanakan setelah berakhirnya pelaksanaan tindakan pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa.
3.  Catatan Lapangan
Menurut Bog dan Biklen (Moleong,2001:153) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami dalam upaya mengum-
Pulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan digunakan pada setiap tindakan dan hasilnya merupakan bahan diskusi antara peneliti dengan observer sebagai dasar untuk merefleksi tindakan.
4.  Lembar Evaluasi
Lembar evaluasi berisi soal-soal pada setiap akhir tindakan  dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dibelajarkan. Evaluasi dilaksanakan secara individual.
5.  Dokumen Foto
Dokumen ini berupa foto-foto aktivitas siswa atau anak pada waktu melaksanakan, wawancara peneliti dengan siswa dan diskusi peneliti dengan observer.

G.   Analisis Data
            Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data secara kualitatif. Analisis data yang kualitatif digunakan untuk mengetahui perilaku sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu terhadap kasus anak pemalu dan kurang percaya diri.. Data yang terkumpul dianalisis, untuk melihat kelemahan-kelemahan dari tindakan yang  telah dilaksanakan. Data yang diperoleh diambil dari LKS, wawancara, panduan observasi atau pengamatan, hasil evaluasi individu, foto dan catatan lapangan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Penyebab Anak jadi Pemalu
Menjadi seorang pemalu atau kurang percaya diri  bukanlah sesuatu hal yang buruk, karena memang setiap orang pasti memiliki rasa pemalu itu.  Tetapi itu akan menjadi lebih parah apabila menjadi seseorang yang pemalu takut, sehingga merasa rendah diri dan merasa tidak berguna ketika berhadapan dengan orang lain.
·         Unsur Keturunan
Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.  Banyak bukti disekeliling kita, apabila anda sendiri sebagai orang tua merupakan orang yang pemalu mungkin anak anda pun akan mengikuti anda menjadi pemalu juga, seperti istilah like a father like a son.
·         Masa Kanak-kanak Kurang Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.  Hal ini mungkin akan menimbulkan trauma sampai dengan anak tersebut dewasa dan menjadi seorang yang pemalu seterusnya.
·         Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.  Hubungan sosial dengan masyarakat sangat penting karena akan membentuk karakter anak tersebut.  Apabila membiasakan mengasingkan diri, bukan tidak mungkin nanti anak kita takut apabila bertemu dengan orang lain.
·         Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian. Ini lah yang dikhawatirkan, karena perasaan rendah diri yaitu perasaan yang membuat pola pikir bahwa diri kita tidak memiliki daya guna dan hina dari pada orang lain.
·         Pandangan Orang Lain
Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.  Ini adalah permainan membentuk pola pikir juga, tetapi terbentuk akibat pandangan orang lain.  Apabila banyak guru, teman-teman anak anda berkata bahwa anak anda merupakan pemalu, maka anda segera bertindak jangan sampai pandangan itu masuk terlalu jauh ke dalam diri anak anda dan mengakibatkan anak anda benar-benar seorang pemalu, padahal anak anda bukan pemalu.  Anda harus dengan cepat mengarahkan anak anda pada kegiatan yang banyak berhubungan dengan orang lain, seperti tampil di pentas 17 Agustus, pekan seni ataupun dorong anak anda mengikuti lomba-lomba.
B.     Data Identifikasi Anak atau Siswa 
Untuk memperoleh data deskriptif
untuk mempermudah   menggali informasi tentang anak / siswa sekolah dasar studi kasus tentang anak pemalu dan kurang percaya diri


·      Data Berdasarkan Angket
Identifikasi Kasus
  1. Nama                                             : Astuti Aryanti
  2. Tempat dan tanggal lahir               : Rawamangun 11 Oktober 2001
  3. Jenis Kelamin                                : Prempuan
  4. Agama                                           : Islam
  5. Suku Bangsa                                 : Jawa
  6. Alamat                                           : Jl. Haji ten No.24 rt 09 rw 1
  7. Jumlah saudara kandung              : 2 ( Dua)
-       Jumlah saudara laki-laki                    : 1 (satu)
-       jumlah saudara perempuan              : 1 (satu)
  1. Anak ke-                                         : 1 (satu)
  2. Hobby                                             : Membaca
  3. Status                                             : Anak kandung
Identifikasi Orang tua (Ayah)  
1.    Nama Ayah                                        : Tarsim
2.    Pendidikan terakhir                            : SD
3.    Agama                                                : Islam
4.    Pekerjaan                                           : Wiraswasta
5.    Alamat                                              :Jl.Haji Ten No.24 RT 09 RW 01 Kel. Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220

Identitas Orang Tua (Ibu)
1.  Nama Ibu                                       : Ika Kartika
2.  Pendidikan terakhir                       : SD
3.  Agama                                           : Islam
4.  Pekerjaan                                       : Swasta
5. Alamat                                             : Jl.Haji Ten No.24 RT 09 RW 01  
Kel. Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220
II. pertanyaan tentang anak yang berusia 7-11 Tahun:
Nama anak                                       : Astuti aryanti
Tanggal Lahir                                   :  11 Oktober 2001
Sekolah                                             : SDN Rawamangun  No 8 Petang
C.   Deskripsi Kasus

Fajar dan Tuti adalah siswa SDN Rawamangun  No 8 Petang mereka dua saudara Tuti merupakan kakaknya fajar, yang sekarang duduk di kelas 5 sedangakan fajar duduk di kelas 1 SDN Rawamangun  No 8 Petang. Fajar merupakan anak yang penuh percaya diri, riang dan lincah, tidak pernah takut bertanya ini itu dan dengan mantap menyapa orang yang baru dikenalnya. Kondisi tersebut sangat kontras jika dibandingkan dengan Tuti. kelas 5 SD. Tuti harus ditemani ibunya ketika belanja makanan yang ia senangi menurut keterangan ibunya setiap kali bertemu orang baru atau orang yang bertamu kerumahnya ingin terus-menerus berada dekat orangtuanya, menyembunyikan wajahnya dengan menunduk, sulit diajak bicara dan tidak mau melakukan kontak mata. Situasi ini sangat membingungkan ibu Ika dan tak jarang ia menjadi malu dan sedikit ”jengkel” dengan perilaku anaknya.
            Disaat belajar kelompok Tuti kurang dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Dia hanya diam tanpa ikut serta  dalam kegiatan tersebut. Kadang wali kelas tuti dibuat jengkel oleh tuti yang pemalu itu. Apa bila disuruh begini begitu tidak mau. Jawabnya cukup singkat, “Malu..... ah!” atau ngayunkan- tubuh sambil mengeleng-gelengkan kepala.
Contohnya saja ketika disuruh maju ke depan kelas untuk bernyanyi. Apabila terus dipmakamakaaksa untuk maju kedepan kelas maka dia akan menangis dan mengamuk.

D.   Analisis Asesmen, Tindakan Persiklus
pedoman wawancara yang telah ditetapkan. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 Nopember 2012 sampai 16 Desember 2012 di Haji Ten No.24 RT 09 RW 01 Kel. Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220 dengan kasus anak pemalu dan kurang percaya diri. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 2 Tahapan, yaitu siklus I, dan siklus II.
Penelitian ini, akan memperoleh hasil temuan dari setiap siklus yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian ini kemudian dideskripsikan, dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui perilaku. Sehingga hasil temuan tersebut dapat diketahui kekurangan dari setiap pembelajaran yang disampaikan terhadap siswa atau anak dan membuat rencana dan pelaksanaan perbaikan yang dilakukan oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

1.  Hasil Penelitian Siklus I (13 November  2012, Pukul 07.30-08.40)
       Pelaksanaan siklus 1 meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan  refleksi.
1)    Perencanaan tindakan
Perencanaan yang dilakukan pertama kali oleh peneliti adalah  mengamati prilaku siswa atau anak kemudian membuat rencana pelaksanaan lengkap dengan ovservasi, wawancara, dan  Selanjutnya menyiapkan instrumen angket dan alat evaluasi yang digunakan dalam siklus.
2)    Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan angket berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Sebelum pelaksanan tindakan siklus 1 peneliti tanya jawab kemudian penjelasan  konsep. mendiskusikannya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar anak atau siswa sehari-hari. Pada kegiatan penutup peneliti mengarahkan siswa atau anak untuk membiasakan supaya tidak merasa minder dan pemalu..
a)    Hasil  angket
Hasil angket dari siklus 1 yang telah dilaksanakan di dapat dinyatakan  kurang dari harapan.
Berdasarkan angket pada siklus 1 hasil prilaku anak atau siswa tidak sesuai dengan harapan dan untuk lebih meningkatkan kembali hasil belajar maka perlu ada lagi tindakan selanjutnya yaitu pembelajaran siklus 2.
b)    Hasil wawancara
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah ditetapkan. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada Hasil Observasi dan Catatan Lapangan









            Penemuan-penting saat penelitian berlangsung

Tahap
Temuan Penting
1
2
Apersepsi


Kegiatan inti dan saat penjelasan konsep
Kegiatan akhir
·      Pada saat peneliti berusaha menyapa dan bertanya siswa masih menunduk
·      Anak masih menghindari kontak mata

·      Siswa saat ditanya masih diam dan tidak mau melakukan apa-apa.
·      Anak mengalami psikosomatis


·       Anak meras tidak nyaman

Temuan Penting Siklus I
Temuan  pertama pada saat pengkondisian siswa, kaadaan siswa yang masih kurang siap dalam pertanyaan, sehingga anak atau siswa diam dan menunduk.
Temuan  kedua pada tahap pelaksanaan Anak masih menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa.
·       Temuan  ketiga pada tahap penjelasan konsep dan diskusi melalui pertanyaan-pertanyaan kurang menanggapinya, mengalami psikosomatis, dan  meras tidak nyaman




4).   Refleksi
       Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis terhadap kegiatan  pembelajaran, catatan lapangan, hasil wawancara, lembar observasi, hasil diskusi dengan observasi dan hasil evaluasi. Sehingga diperoleh data dan temuan penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya. Upaya yang dilakukan dalam perbaikan pembelajaran selanjutnya:
1.    Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut. Caranya dengan membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan : manusia adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
2.     Memberi perhatian padanya (baik oleh guru pembimbing atau orang lain) untuk   melihat apa yang menyebabkan ia tidak diterima oleh kelompok teman sebayanya.
3.     Memberi dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan memaksa anak yang pemalu / menyendiri untuk berpindah di muka kelas kalau ia belum siap. Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur. Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam usahanya.
4.     Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang pemalu dan menyendiri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi dalam kelompoknya.


2.  Siklus II (15 Desember  2012, Pukul 07.30-08.40)
          Pelaksanaan siklus 2 meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan  refleksi dari hasil pembelajaran siklus 1.
1)    Perencanaan tindakan
3)    Perencanaan yang dilakukan membuat rencana penelitian lengkap dengan
mengamati prilaku siswa atau anak kemudian membuat rencana pelaksanaan lengkap dengan ovservasi, wawancara, dan  repleksi pada siklus 1. Selanjutnya menyiapkan instrumen dan alat evaluasi yang digunakan dalam siklus  2.
2)    Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran kembali rencana pembelajaran yang telah disiapkan.  Sebelum pelaksanan tindakan siklus 2 peneliti membuka pelajaran dengan pengkondisian siswa, apersepsi dan tanya jawab kemudian penjelasan konsep tentang peristiwa penting dalam keluarga yang  menyenangkan.  contohnya Peristiwa Pesta Ulang Tahun dan Peristiwa Lebaran  kemudian mendiskusikannya dengan pertanyaan-pertanyaan.
Pada kegiatan penutup peneliti mengarahkan siswauntuk menyimpulkan materi dan melakukan angket untuk mengetahui hasil prilaku siswa yang ke 2.
a)    Hasil  angket
Hasil angket dari siklus 2 yang telah dilaksanakan di dapat sudah memenuhi  harapan yaitu siswa atau anak sudah mau diajak bicar, sudah dapat berkontak mata, dan memperlihatkan wajah ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus 2 sudah sesuai dengan harapan dan untuk lebih meningkatkan.
b)    Hasil wawancara
3)    Hasil Observasi dan Catatan Lapangan
                Penemuan-penting saat pembelajaran berlangsung

Tahap
Temuan Penting
1
2

Apersepsi


Kegiatan inti dan
saat penjelasan konsep

·      Pada saat peneliti berusaha menyapa dan bertanya siswa sudah tidak menunduk
·      Anak mulai berkontak mata

·      Siswa saat ditanya masih menjawab sudah mulai aktif

·      Anak sudah mau bercerita

·      Anak meras nyaman

Temuan Penting Siklus 2
          Temuan  pertama pada saat pengkondisian siswa, kaadaan siswa yang masih kelihatanya tidak tegang siap dalam pertanyaan, sehingga anak atau siswa tidak diam dan menunduk, sudah mulai berkontak mata.
       Temuan  kedua pada tahap pelaksanaan Anak masih menghindari kontak mata, tidak mau melakukan apa-apa.
       Temuan  ketiga pada tahap penjelasan konsep dan diskusi melalui pertanyaan-pertanyaan sudah  menanggapinya, dan  meras tsudah merasa nyaman
4).   Refleksi
       Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis terhadap kegiatan  pembelajaran, catatan lapangan, hasil wawancara, lembar observasi, hasil diskusi dengan observasi dan hasil evaluasi. Sehingga diperoleh data dan temuan penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya. Upaya yang dilakukan dalam perbaikan pembelajaran selanjutnya:
1.    Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut. Caranya dengan membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan : manusia adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
2.     Memberi perhatian padanya (baik oleh guru pembimbing atau orang lain) untuk   melihat apa yang menyebabkan ia tidak diterima oleh kelompok teman sebayanya.
3.     Memberi dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan memaksa anak yang pemalu / menyendiri untuk berpindah di muka kelas kalau ia belum siap. Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur. Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam usahanya.
4.     Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang pemalu dan menyendiri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi dalam kelompoknya.
 Refleksi
Pada tahap pembelajaran siklus II memperoleh penilaian yang baik. Berdasarkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan ada beberapa temuan yang diperoleh dari proses pembelajaran ini, sehingga tidak dilakukan perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya.
B.  Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil Temuan Tindakan
            Tahap pendahuluan dimulai dengan observasi di Jl.Haji Ten No.24 RT 09 RW 01 Kel. Rawamangun Kec. Pualo gadung Jakarta Timur 13220. Observasi dilaksanakan mulai dari bulan Nopember 2012 sampai dengan  Desember 2012 kurang lebih satu bulan. Berdasarkan hasil observasi tersebut nampaknya masih banyak kendala-kendala yang dialami baik oleh peneliti maupun siswa. Salah satunya peneliti berkesulitan untuk mendekati siswa karena siswa cemas dan seperti mau menangis, siswa merasa kurang nyaman, selalu meneundukkan pandangan, sulit untuk berkontak mata.
Setelah mengetahui hal tersebut,  peneliti mencoba melakukan penelitian agar kemampuan siswa dan prilaku dapat lebih tergali. keterlibatan ketika proses penelitian berlangsung. Dan ternyata sambutan kedua orangtuanya sangat mendukung rencana penelitian tersebut.

E.   Instrumen Soal
     Pertanyaan tentang perilaku dan kebiasaan anak dirumah dan di sekolah
1.    Agar anak tidak pemalu kebiasaan apa yang baik, yang perlu ditanamkan pada anak?
2.  Bagaimana cara orangtua mengajarakan kebiasaan sehari - hari pada anak agar anak tidak pemalu?
3.  Siapa yang bertangung jawab dalam pendidikan anak?
4.  Sejak usia berapa kebiasaan tersebut harus di tanamkan?
5.  Di dalam kehidupan sehari-hari, aturan apa saja yang diterapkan dalam keluarga?
6.  Apa yang dilakukan orangtua agar anak tetap percaya diri?
7.  Bagaimana cara orang tua menerapakan peratuarn tersebut pada anak?
8.  Apakah orangtua selalu meluangkan waktu  bersama anak?
9.  Apakah yang dilakuakan orangtua apabila anak melangar peratuaran dalam keluarga?
10.      Apa yang dilakuakan orangtua untuk memebina rasa kebersamaan dalam keluarga?
F.    Analisis Hasil
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dan pembahasan akan diuraikan pada bagian akhir, untuk menyimpulkan hasil penelitian dan  menjawab masalah yang diajukan.



Berdasarkan data hasil lapangan, peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan anak pemalu dan kurang percaya diri, yang diamati dan diwawancara sebagai berikut:
Hasil pengamatan melakukan hal-hal sebagai berikut:
Ibu ika : Tuti, ayo ... salim sama kak budi, mama kebelakang dulu,”
Saat wawancara, Fajar berlari2 diruang tamu
Tuti: Duduk aja ya..... ma, kata Tuti sambil nyumput dan menundukan kepala.
Pewawancara: adik sini salam sama kak budi
Tuti: Salam sedikit, sambil menunduk
Pewawancara: Terimakasih sambil bilang  pintar
Tuti: Diam saja  tidak berkontak mata
Pewawancara : adik sekarang kelas berapa?
Tuti:Lebih banyak menutup wajah dengan tangan sambil menjawab dengan isyarat mengacungkan jari yang berarti kelas 5.
Pewawancara: oh adik sekarang kelas 5
Tuti :  Menangukan kepala.
Pewawancara: adik cita-citanya mau jadi apa?
Fajar tiba-tiba nyeletuk menjawab kalo Fajar mau jadi pemain bola
Tuti: Tidak menjawab
Pewawancara: Hebat Fajar mau jadi pemain bolah, berarti sekolahnya harus pintar  kalo adik Tuti cita-citanya apa?
Tuti: Hanya mengelengkan kepala
Pewawancara:  Hayo.... adik Tutikan sekolahnya pintar pasti mau jadi guru, perawat,   Dokter, Artis atau mau jadi apa?
Tuti: Tidak punya cita-cita
Pewawancara: kenapa tidak punya cita-cita, kan sekolahnya pintar
Tuti: Malu....ah,,, sambil menutup wajah
Kelihatannya tuti merasa tidaknyaman dan menunduk terus-menerus ketika ditanya sedikt menjawab dan lebih banyak diam.


Pewawancara bertanya : menurut ibu apa yang harus dilakuakan agar anak tidak pemalu?
Ibu Ika: Membiasakan anak untuk bermain dengan teman-temannya.       
F. Solusi Mengatasi Anak Pemalu
1. Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut. Caranya dengan membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan : manusia adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
2. Memberi perhatian padanya (baik oleh guru pembimbing atau orang lain) untuk  melihat apa yang menyebabkan ia tidak diterima oleh kelompok teman sebayanya
3. Memberi dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan memaksa anak yang pemalu / menyendiri untuk berpindah di muka kelas kalau ia belum siap. Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur. Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam usahanya.
4. Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang pemalu dan menyendiri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi dalam kelompoknya.
5. Menolong siswa agar ia dapat makin diterima oleh kelompoknya.
6. Guru perlu menunjukkan kepada anak bahwa anak diterima oleh guru dan bahwa partisipasinya dihargai.

Siswa pemalu memang sulit untuk diatasi. Walaupun tidak begitu terlihat, namun secara tidak langsung hal itu mengakibatkan potensi yang dimilikinya menjadi terhalang. Hal terpenting untuk dilakukan adalah mengubah pandangan tentang citra dirinya, pandangan yang semula negatif diubah menjadi positif. Tanamkan rasa percaya diri dan pemberian penghargaan dapat secara bertahap mengubah citra dirinya. Mengatasi siswa pemalu tidak bisa dilakukan secara spontan, harus dilakukan setahap demi setahap. Sebab ini berkaitan dengan kebiasaan / kepribadian dirinya. Dan mengubah kebiasaan / kepribadian tidak bisa secara langsung. Oleh karena itu mengatasi anak yang pemalu (sebenarnya tidak hanya anak pemalu) perlu memerlukan kesabaran dan keuletan. Dan untuk batas waktu tidak bisa ditentukan secara pasti, tergantung seberapa besar siswa tersebut mau berubah.

Instrumen Siklus II
·  Apa yang menyebabkan kamu merasa minder dan rendah diri?
·      Mengapa kamu merasa banyak kekurangan?
·      Mengapa kamu merasa tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan?
4.  Mengapa kamu merasa kurang nyaman bila berada diantara orang-orang yang
     baru kamu kenal?
5.  Siapa Orang- orang yang baru kamu kenal?
6.  Siapa Orang- orang yang menurut kamu punya derajat lebih tinggi dari kamu?
7.  Apa yang membuat kamu tidak tenang sehingga muncul rasa malu?
8.  Apa yang membuat dirimu merasa rendah diantara teman-temanmu?
9.  Bagaimana cara mengatasi sifat pemalu, minder dan rendah diri dalam diri ?
10.Siapa saja orang orang yang buat kamu malu dan minder?















Refleksi dan solusinya                        
·  Apa yang menyebabkan kamu merasa minder dan rendah diri?
·      Apa Karena merasa banyak kekurangan?
·      Karena merasa tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan?
Kita tidak harus selalu memandang ke atas. Kita juga tidak perlu menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri dan itu sudah cukup menyenangkan. Mengenali potensi diri dan mengembangkannya adalah cara terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri. Jadi tidak perlu yang namanya malu atau minder 2.
·      . Siapa saja orang orang yang buat kamu malu dan minder?
·       Siapa Orang orang yang baru kamu kenal?
·       Siapa Orang orang yang menurut kamu punya derajat lebih tinggi dari kamu?
 Oke, mulailah dengan mengubah cara berfikir kamu. Setiap manusia adalah sama. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bahkan untuk orang orang yang kamu anggap sempurna. Mereka sama seperti kamu, seperti saya, maka tidak ada alasan untuk merasa minder.
Berhentilah memikirkan kekurangan-kekuranganmu Terimalah diri kamu apa adanya. Jadikan kekurangan kamu sebagai kelebihan. Tukul Arwana, adalah contoh yang tepat dalam hal ini. Lihat, bagaimana dia memaksimalkan kekurangannnya menjadi kelebihan yang justru tidak dimiliki orang lain. Selalu menutupi kekurangan hanya akan membuat kamu semakin terpuruk dalam sikap minder dan rendah diri.
·         Memperluas pergaulan Bergaullah dengan orang orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pelajari cara cara mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Cara mereka berkenalan dengan orang baru, cara mereka memperlakukan orang lain, cara menyikapi sebuah masalah, cara mengatasi situasi, dan lain lain. Banyak hal yang bisa kamu pelajari dan praktekan sendiri.
·         Mulailah belajar bertanya kepada orang baru Belajar bertanya? Yups, bagi orang orang yang bukan pemalu bertanya kepada orang baru bukan sebuah masalah besar. Tapi, keadaan berbeda dengan orang orang pemalu. Rata rata dari mereka jarang sekali memulai pembicaraan atau sebuah pertanyaan. Hal ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang sama sama pendiam.
·         Perhatikan penampilan Mulailah memperhatikan penampilan kamu terutama saat keluar dari rumah. Penampilan yang baik dan maksimal dapat membantu kamu meningkatkan rasa percaya diri. Kamu tidak akan merasa minder dan malu saat bertemu dengan orang lain karena kamu sudah tampil All out. Menampilkan yang terbaik. Silakan baca artikel saya 8 Tips Agar Tampil Menarik.
·         Selalu bersikap tenang Kesalahan utama orang orang pemalu adalah kurangnya self control (pengendalian diri). Terutama jika berada dalam situasi yang tertekan dan asing. Grogi, cemas, salah tingkah, berkeringat adlah beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam tekanan. Sebenarnya hal itu bisa diatasi dengan beberapa tips ringan. Mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya secara perlahan akan membuat kita merasa sedikit lebih rileks dan tenang. Singkirkan imajinasi negatif kamu mengenai apa yang sedang kamu hadapi. Hilangkan pemikiran bahwa orang orang sedang memperhatikan kamu dan berfikir negatif tentang kamu. Faktanya, semua berjalan biasa biasa saja tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Semua hal negatif kamu itu hanya ada dalam imajinasi kamu saja.
·         Coba sesuatu yang baru Sering mencoba hal-hal baru akan lebih membuka wawasan serta pandangan kamu tentang hidup dan kehidupan. Yang pada akhirnya akan memberi kita sebuah pemahaman bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Semua manusia adalah sama. Kita punya kekurangan mereka juga. Mereka punya kelebihan kita pun memilikinya. Mereka bisa, maka kita juga bisa..! “Keterbatasan hanyalah sebuah kesalahan dalam cara kita berfikir.” Seharusnya kita tidak memiliki satu pun alasan untuk merasa minder dan rendah diri..!












BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan

            Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Siswa  pemalu memang sulit  untuk diatasi. Walupun tidak begitu telihat, namun secara tidak langsung hal itu mengakibatkan potensi yang dimilkinya menjadi terhalang.
           
     Mengatasi  siswa atau anak pemalu tidak bisa dilakukan secara sepontan, harus dilakukan setahap demi setahap. Sebab ini berkaiatan dengan kebiasaan / kepribadian dirinya. Dan mengubah kebiasaan / kepribadian tidak bisa secara langsung. Oleh karena itu mengatasi anak yang pemalu perlu kesabaran dan keuletan. Dan untuk batas waktu tidak bisa ditentukan secara pasti, tergantung seberapa besar siswa atau anak tersebut mau berubah.

B. Saran
Hal terpenting untuk dilakuakan adalah mengubah pandangan tentang citra dirinya, pandangan yang semula negatif diubah menjadi positif. Tanamkan rasa percaya diri dan pemberian penghargaan dapat secara bertahap mengubah citra dirinya. Guru atau wali kelas besrta orang tua bahkan pihak lain yang terkait harus bekerja sama untuk memberikan bimbingan bagi siswa atau anak yang mempunyai sikap pemalu dan kurang percaya diri.






DAFTAR PUSTAKA
Jamaris Martini, 2009 Kesulitan Belajar Prespektif, Assessmen dan    Penanggulangannya. Jakarta Pusat : Yayasan Penamas Murni
Cara-menghilangkan-sifat-pemalu-minder-rendah-dirhttp://tipsoke.com/cara-menghilangkan-sifat-pemalu-minder-rendah-diri.html
Belajarpsikologi http://.com// Posted by' Haryanto, S.Pd onJune 25, 2010.diakses pada tanggal 27 November 2012
Johnpieter http://pieter83.wordpress.com/ April 21, 2007  
Penyebab-kurangnya-rasa-percaya-diri.http://wownita.blogspot.com/2011/01html
Affirmasi-harian-untuk-meningkatkan.http://wownita.blogspot.com/2011/01/ htm
Apa-penyebab-anak-jadi-pemalu http://armylookfashion.com/2011/07/27/.html/
 Ahmad Ridlowi diakses 27 November 2012











Lampiran Siklus I dan Siklus II

TAHAPAN-TAHAPAN SIKLUS I DAN SIKLUS II

OVSEVASI DAN WAWANCARA